SOLOPOS.COM - Ilustrasi loro blonyo yang menggambarkan pernikahan adat Jawa. (vikingword.com)

Filosofi Loro Blonyo ternyata dipakai dalam membangun Indonesia.

Solopos.com, SOLO — Filosofi patung loro blonyo (sepasang pengantin Jawa) digunakan Presiden Soekarno hingga Joko Widodo (Jokowi) dalam membangun Indonesia.

Promosi Layanan Keuangan Terbaik, BRI Raih 3 Penghargaan Pertamina Appreciation Night

Hal itu disampaikan dosen Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Slamet Subiyantoro yang akan dikukuhkan menjadi guru besar Antropologi Seni Rupa dalam sidang senat terbuka di Auditorium UNS, Kamis (9/11/2017).

Ekspedisi Mudik 2024

Slamet yang dikukuhkan sebagai guru besar ke-59 FKIP UNS akan menyampaikan pidato ilmiah berjudul Transformasi Simbolik Seni Patung Loro Blonyo dalam Kosmologi Jawa: Perspektif Antropologi.

Menurud Slamet, gagasan Pancasila yang disampaikan presiden pertama, Soekarno, merupakan transformasi dari loro blonyo. “Pancasila yang di dalamnya terkandung Bhineka Tunggal Ika yakni berbeda-beda tetapi tetap satu atau keselarasan dalam perbedaan adalah filosofi loro blonyo,” kata dia saat dihubungi Solopos.com saat dalam perjalanan ke Karanganyar, Rabu (8/11/2017).

Demikian pula saat pemerintahan Presiden Soeharto dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Presiden Jokowi melalui Nawacita. Semua itu merupakan transformasi dari loro blonyo.

Hakikat GBHN dan Nawacita adalah menyejahterakan rakyat serta memakmurkan bangsa dan negara Indonesia. “Pancasila, GBHN, dan Nawacita itu wadahnya saja, tapi esensi atau isinya sama yakni keselarasan untuk mencapai keharmonis sehingga dapat menyejahterakan rakyat,” jelas dia.

Slamet menambahkan patung loro blonyo yang terdiri atas sepasang pengantin pria dan wanita melambangkan penyelarasan ego masing-masing untuk satu tujuan yakni keselarasan dalam kehidupan. “Loro blonyo itu berarti loroning atunggal atau nyawiji [menjadi satu],” tandasnya.

Dalam dunia akademis seperti UNS, filosofi loro blonyo juga bertransformasi. Bentuknya adalah tidak adanya perbedaan antara fakultas satu dengan fakultas lainnya. Antara fakultas satu dengan fakultas lainnya dikawinkan atau digabungkan sehingga menghasilkan multidisplin karya ilmiah, jurnal internasional, dan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). “Loro blonyo bukan sekadar konsep, tapi teori yang bisa diterapkan dalam transformasi kehidupan yang lebih luas,” kata Slamet yang telah melakukan sejumlah penilitian tentang patung loro blonyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya