SOLOPOS.COM - Sutradara Joko Anwar mengangkat piala citra dalam Malam Puncak Festival Film Indonesia (FFI) 2015, di Banten, Senin (23/11). Joko Anwar menyabet piala citra untuk sutradara terbaik lewat film The Copy of My Mind. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/pd/15.

Film terbaru dan pendek dibikin sutradara Joko Anwar dan Angga Dwimas.

Solopos.com, JAKARTA — Sutradara Joko Anwar dan Angga Dwimas masing-masing membuat film terbaru tapi pendek Tribe Shorties yang hanya ditayangkan melalui aplikasi streaming video Tribe dari XL Axiata.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Angga dan Joko masing-masing membuat film terbaru bergenre laga dan horor yang merupakan interpretasi ulang dari film kesukaan mereka. Angga, yang begitu terkesan pada hammer girl dalam The Raid 2 mengajak Julie Estelle untuk film pendek pertamanya Killer Express.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami ingin menjadi bagian dari kemajuan industri film nasional. Untuk itu, kami sangat mendukung Tribe dalam produksi film Angga Sasongko dan Joko Anwar,” kata Chief of Prepaid Business Officer XL, David Arcelus Oses, seperti dikutip Solopos.com dari Antara, Rabu (31/8/2016).

Meskipun durasi lebih pendek, persiapan yang Angga perlukan untuk Killer Express terutama koreografi perkelahian, sama rumitnya dengan film panjang.

Apalagi Killer Express adalah film laga pertama sutradara Filosofi Kopi itu, ia menggandeng Iko Uwais untuk mempersiapkan koreogafi pada film ini. Joko Anwar sendiri terinspirasi film horor Hollywood berjudul Candyman namun ia ubah dengan cita rasa Tanah Air dalam Jenny.

Ia mengajak model dan aktris Asmara Abigail untuk memerankan karakter utama dalam film terbaru berdurasi sekitar sembilan menit itu. “Awalnya aku mau pay tribute ke Candyman,” kata Joko saat peluncuran film ini untuk aplikasi Tribe di Jakarta semalam.

Ketika sedang mengerjakan praproduksi film terbaru Jenny, ia juga terpanggil untuk mengenang film horor lokal 1980-an, Pengabdi Setan, sehingga memakai hantu lokal dalam Jenny. Joko mengaku pernah mengadakan riset untuk keperluan film mengenai mitos hantu yang ada di Indonesia.

Sejauh ini, ia mengantongi ada 48 variasi hantu lokal sehingga lebih menarik untuk diangkat ke dalam film dibandingkan ia harus mengambil misteri dari negara lain.

Joko merasa film pendek lebih sulit digarap dari pada film panjang karena ia harus benar-benar bisa membangun cerita dan karakter sejak detik pertama film dimulai. “Bagaimana caranya penonton peduli dengan tokoh,” kata Joko yang sering membuat film pendek ini.

Sama seperti film panjang, meskipun pengambilan gambar hanya berlangsung satu setengah hari, persiapan dilakukan sejak beberapa bulan sebelumnya, seperti membuat storyboard dan mempersiapkan lokasi.

Joko berkelakar saat pengambilan gambar, waktu yang digunakan untuk merias hantu lebih lama, memakan waktu hampir sembilan jam. “Syuting satu setengah hari, make-up hantunya lebih lama,” candanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya