SOLOPOS.COM - Bukaan 8 (Istimewa)

Film Indonesia tayang mulai Februari 2017.

Solopos.com, SOLO – Sama seperti Hollywood, dunia film Indonesia tengah melambung di bulan kedua tahun ini. Tercatat belasan film baru berbagai genre dirilis, termasuk sekuel alias kelanjutan dari seri sebelumnya.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Sebagaimana dirangkum Solopos.com, beberapa film mulai tayang di bioskop sejak awal Februari. Tapi, sisanya masih bisa disaksikan sampai awal Maret mendatang.

Film Promise produksi Screenplay Films dan Legacy Pictures menjadi film rilisan Januari terlaris dengan 648.925 penonton berdasar filmindonesia.or.id. Sedangkan film yang paling banyak menjadi perbincangan di media sosial, Istirahatlah Kata-kata bertahan lebih dari sepekan (di bioskop) tanpa dana promosi.

Film tersebut mengisahkan tentang aktivis kemanusiaan, Widji Tukul dalam pelariannya di era orde baru 19 tahun silam. Berbagai ulasan yang muncul sama-sama menganjarnya dengan nilai mengesankan. Ditayangkan sejak 19 Januari, film yang menggunakan judul Solo, Solitude di festival film Internasional itu sukses ditonton 43.542 orang.

Berikut, referensi film Indonesia versi Solopos.com yang bisa disaksikan di bioskop Indonesia, Februari ini.

Boven Digoel
Film ini dikatakan sebagai produksi Papua kali pertama. Menilik judulnya, Boven Digoel, pemirsa seolah diingatkan tentang penjara alam dirian Hindia Belanda di Papua di masa penjajahan, berabad lalu. Wakil Presiden Indonesia, Muhammad Hatta, pernah menjadi salah satu penghuninya.

Tapi, film ini bukan menceritakan tentang kisah Bung Hatta. Disutradarai FX Purnomo, Boven Digoel mengisahkan seorang putra asli Papua, John Manangsang (diperankan Joshua Matulessy alias J-Flow ) yang kembali ke tanah kelahirannya untuk mengabdikan diri sebagai dokter di puskesmas Tanah Merah.

Sehari-hari John mengunjungi desa-desa terpencil di wilayah itu untuk memberi pelayanan kesehatan. Kondisi geografis Boven Digoel membuat kegiatan itu bukan hal yang mudah dilakukan. Untuk menjangkau tiap desa, John harus menumpang perahu atau berjalan kaki. Sampai suatu ketika ia dihadapkan pada persoalan yang lebih pelik daripada menyusuri sungai dan hutan berhari-hari untuk sampai ke sebuah desa.

Film yang naskahnya ditulis oleh Jujur Prananto ini mengadaptasi sepenggal kisah yang diambil dari buku Papua: Sebuah Fakta dan Tragedi Anak Bangsa. Mereka menghadirkan ironi fasilitas kesehatan di pedalaman Papua tanpa bertele-tele. Selain J-Flow, film ini menghadirkan Christine Hakim, Edo Kondologit, Lala Suwages, Ellen Aragay, Maria Fransisca Tambingon, dan Henry W Muabua.

Remember The Flavor
Dyan Sunu Prastowo menjadi pengarah film yang disarikan dari novel berjudul sama karya Fei. Remember The Flavor mengisahkan tentang cinta dan persahabatan antara Melodi (diperankan Sahira Anjani) dan Dimas (diperankan Tara Budiman). Keduanya telah jatuh cinta sejak kecil meski sama-sama tak saling mengakui. Mereka akhirnya beranjak dewasa dan berniat menggapai mimpi masing-masing.

Melodi bercita-cita menjadi penyanyi, sementara Dimas asyik mengelola Kedai Es Krim miliknya. Apapun yang Melodi inginkan, Dimas menjadi orang pertama yang mendukungnya. Sayangnya Melodi terlalu egois untuk mengakui bahwa ia membutuhkan Dimas, sedang Dimas berusaha terlalu keras meyakinkan Melodi bahwa cintanya pantas diterima.

Melodi yang agresif menggapai mimpinya sebagai penyanyi, telah memecah belah keluarganya sendiri. Ketika ia diusir oleh ibunya, satu-satunya orang yang mau menampung adalah Dimas. Cinta mereka bersemi, tetapi akankah bersatu? Atau hanya tumbuh menjadi sekedar cinta platonis?

Remember The Flavor juga dibintangi oleh Anissa Pagih sebagai Arnesti yang bertemu Melodi di dalam kereta api menuju Jogja. Selain tiga bintang itu, film ini juga menghadirkan Djenar Maesa Ayu, Ferry Salim, Ence Bagus, Verdi Solaiman,dan Tegar Satrya, Gio, Hakim. Film diproduksi oleh Muara Prima Production dan Limelight Pictures.

Bukaan 8
Film ini tengah jadi perbincangan di media sosial, khususnya Twitter. Bukaan 8 mendapuk Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara. Filmnya mengisahkan tentang Alam Merdeka (diperankan Chicco Jerikho) dan Mia (diperankan Lala Karmela), generasi milenial yang dibuat kelimpungan di detik-detik kelahiran anak mereka.

Permasalahan mereka bukan hanya soal biaya persalinan, tapi orang tua kedua pasangan yang tidak bisa akur. Bumbu komedi di dalamnya menjanjikan keseruan dan adegan-adegan yang mengundang gelak tawa. Di dalam film tersebut, Alam digambarkan sebagai sosok muda yang tak bisa lepas dari gadget dan media sosial.

Tidak berbeda jauh, Mia, istrinya yang bekerja di salah satu agensi. Keduanya dipertemukan lewat kekuatan sosial media. Yang unik, film ini hanya berlatar selama 24 jam dan shootingnya mayoritas dilakukan di rumah sakit umum di Jakarta. Sang sutradara menyebut di setiap bukaan (menjelang kelahiran) selalu ada konflik yang melibatkan pasangan milenial tersebut termasuk keluarganya.

Selain Chicco dan Lala, film ini juga menghadirkan Tyo Pakusadewo, Sarah Sechan, Dwi Sasono, Dayu Wijanto, Maruli Tampubolon, Melissa Karim, Mo Sidik, Ary Kirana, dan Deddy Mahendra Desta. Pembuatannya melibatkan Visinema Pictures, Chanex Ridhall Pictures, dan Kaninga Pictures. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya