SOLOPOS.COM - Gajah Mada (ilustrasi/google.img)

Gajah Mada (ilustrasi/google.img)

Gajah Mada (ilustrasi/google.img)

Solopos.com, SOLO--Di tangan Gajah Mada, Kesatuan Bhayangkara menjadi kekuatan sipil yang sangat berpengaruh pada zamannya. Keselamatan raja dan keluarganya mutlak berada di bawah kewenangan dan tanggung jawab Bhayangkara.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pada masa kejayaan Majapahit, Bhayangkara menduduki posisi strategis yang penting bagi perkembangan negara di kemudian hari. Bersama-sama dengan kekuatan militer lainnya Bhayangkara terbukti mampu menjaga seluruh perairan Nusantara.

Menggambil setting pada masa 1316-1362, kisah Gajah Mada bakal dibuat film kolosal dengan pendekatan dokumen dan roman sejarah berlatar Kerajaan Majapahit. Film panjang ini rencananya dibuat trilogi dengan judul Sira Gajah Mada Ambekel Ing Bhayangkara (produksi 2013), Amukti Palapa (produksi 2014) dan Mapadi Amangkubhumi (produksi 2015).

Ide pembuatan film ini digagas oleh produser, sutradara sekaligus penulis naskah, Renny Masmada Mursantio. Kepada Solopos.com di Lorin Hotel, Kamis (25/7/2013) sore, Renny membagikan cerita di balik ketertarikannya menggarap film Gajah Mada.

Renny mengaku gerah melihat sinetron dan film berlatar Majapahit yang ditayangkan di televisi. Menurutnya, penggarapan cerita Gajah Mada yang ditayangkan di televisi banyak yang hanya mengobral kisah mistis dari kesaktian pencetus Sumpah Palapa itu.

“Di film ini saya menggugat industri. Mereka menghancurkan sejarah. Mereka sangat dangkal risetnya untuk menggambarkan Majapahit kala itu. Yang dimunculkan di film atau sinetron itu kebanyakan hanya kesaktiannya. Itu yang bikin masyarakat tambah bodoh. Di film ini saya mengedepankan gagasan politik, sosial dan budaya Gajah Mada,” tandasnya.

Dalang di balik film ini membutuhkan waktu 30 tahun untuk mendalami riset mengenai Gajah Mada. “Film ini hasil riset saya selama 30 tahun. 15 tahun lalu saya sempat membuat produksi film ini di Bogor dengan dana RRp3,4 miliar. Tapi hasilnya tidak memuaskan. Saya ingin produksi ulang,” bebernya.

Dikatakan Renny, penggarapan film berdurasi 120 menit ini menelan biaya Rp35 miliar. “Budget sampai Rp35 miliar. Pengambilan gambar film ini banyak mengambil setting di kerajaan dan perkampungan Majapahit. Semua set kami buat. Kami dipermudah dengan dukungan kepala daerah di beberapa lokasi. Tapi sponsor di film ini saya batasi. Saya tidak ingin ada intervensi,” ujarnya.

Lewat filmnya ini, Renny ingin kembali mengingatkan kepada generasi muda bahwa bangsa ini pernah besar di masa kejayaan Majapahit.

“Jauh sebelum peradaban barat maju, Majapahit sudah punya konsep yudikatif, eksekutif dan legislatif. Kita sudah mengenal demokrasi di abad ke-13. Lewat belajar dari sejarah film ini, saya ingin bangsa ini segera keluar dari keterpurukan,” pungkasnya.

Film trilogi perdana Sira Gajah Mada Ambekel Ing Bhayangkara, saat ini tengah mempersiapkan proses casting pemain. Di bawah bendera rumah produksi Tawi Nusantara, film ini dijadwalkan menyambangi jaringan bioskop 21 pada awal 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya