SOLOPOS.COM - Ilustrasi keindahan bawah permukaan laut (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Videografer bawah laut Cahyo Alkantana berencana menggarap film dokumenter yang mengisahkan kehidupan di 12 alam bahari terbaik se-Indonesia. Tak hanya memotret alam bawah laut yang memesona, film dokumenter ini juga diharapkan mampu menampilkan ragam sosial dan budaya masyarakat yang tinggal di daerah sekitarnya.

Sejumlah daerah yang dibidik antara lain Padaido (Biak), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Derawan (Kalimantan Timur), Selayar (Sulawesi Selatan), Nias dan Mentawai (Sumatra Utara), Raja Ampat (Papua Barat), Ujung Kulon dan Anak Krakatau (Banten), Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur), Teluk Tomini (Sulawesi Tengah), Bali dan Lombok, Balerang (Riau), dan Kepulauan Seribu (DKI Jakarta).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya ingin menampilkan sisi yang berbeda dari tiap daerah. Tidak hanya keindahan bawah lautnya saja, tapi juga masyarakat dan budayanya. Semuanya akan berhubungan dengan masa depan ekologi dan pembangunan,” terang Cahyo Alkantana, saat ditemui Solopos.com di Solo Centre Point, akhir Maret lalu.

Menurut lelaki yang terlibat dalam penggarapan film Oceans ini, peluang film dokumenter untuk masuk ke bioskop belakangan ini semakin terbuka lebar. Peluang inilah yang mendorong Cahyo yang sehari-hari bekerja sebagai videografer bawah laut untuk membuat film panjang yang bisa dinikmati di layar lebar.

Untuk penggarapan film yang bakal menelan biaya miliaran rupian ini, Cahyo memprediksi filmnya akan memakan waktu pengambilan gambar selama satu tahun. Dirinya berniat melibatkan 12 ilmuwan lintas disiplin ilmu untuk memperdalam penggarapan film dokumenternya.

“Ide sudah siap ditulis jadi naskah panjang. Produksinya sendiri akan berupa ekspedisi yang kemungkinan memakan waktu satu tahun. Nantinya ada 12 ilmuwan yang akan kerja bareng, ada yang dari LIPI, universitas, peneliti, dan konsultan,” urainya.

Lewat film yang penggarapannya sedang memasuki tahap pemantapan ide ini, Cahyo ingin berkontribusi dalam perbaikan ekosistem bahari Nasional. “Saya enggak ingin film ini hanya menampilkan ironi. Bukan untuk tujuan menyalahkan saja. Tapi juga ada solusi dari para ahli,” katanya.

Selain mengemas ekspedisi jangka panjangnya dalam bentuk film, imbuhnya, lelaki yang sehari-hari juga mengembangkan ekowisata Gua Jomblang ini juga tergerak membuat perjalanannya menjadi serial televisi dan mini dokumenter untuk Pemerintah Indonesia.

“Film ini nanti bisa dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah, LSM, atau peneliti yang tertarik. Tantangan saya saat ini menaklukkan sponsor dan membuat jadwal dan konsep yang benar-benar teliti agar proyek bisa berjalan sesuai yang direncakanan,” pungkasnya.

Sayangnya film dokumenter bahari Indonesia garapan Cahyo Alkantana belum bisa dinikmati di layar lebar dalam waktu dekat. Pasalnya penyuplai film video untuk BBC, National Geographic, dan Animal Planet ini sedang persiapan memecahkan rekor dunia untuk menyusuri jalur cincin api Indonesia-Australia menggunakan paramotor.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya