SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, MANILA — Mata-mata senior Abu Sayyaf dan empat anggota kelompok gerilyawan tersebut–yang diduga berada di balik pengeboman maut di Gereja Katedral di Pulau Jolo, Filipina selatan, menyerahkan diri kepada aparat setempat. Kepolisian Filipina mengungkapkan penyerahan diri itu dilakukan pada akhir pekan lalu.

Salah satu orang yang menyerahkan diri adalah Kammah Pae. Orang ini diklaim oleh pemerintah Filipina sebagai orang yang membantu pasangan asal Indonesia dalam bom bunuh diri 27 Januari 2019 lalu. Kepala Kepolisian Filipina, Oscar Albayalde, menyebut Kammah menyerahkan diri kepada pasukan pemerintah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dia terpaksa menyerahkan diri,” kata Albayalde dalam konferensi pers, Senin (4/2/2019). “Dia mungkin tidak ingin tewas dalam serangan militer.”

Sabtu (2/2/2019) lalu, serangan pasukan Filipina menewaskan tiga orang terduga gerilyawan Abu Sayyaf. Dari pihak tentara, ada lima prajurit yang meninggal dunia saat baku tembak di Kota Patikul, Provinsi Sulu. Saat itu, militer melakukan pengejaran terhadap dalang serangan gereja tersebut.

Albayalde mengatakan Kammah membantah keterlibatannya dalam dua pengeboman di Gereja Katedral Jolo yang menewaskan 23 orang, termasuk warga sipil dan tentara itu. Meski demikian, sejumlah saksi mata mengatakan mereka melihatnya mengantar pasangan asal Indonesia tersebut.

Albayalde mengatakan pasukan keamanan juga menyita bom rakitan dan beberapa komponen di rumah Kammah. Kelima tersangka akan menghadapi beberapa dakwaan pembunuhan dan beberapa dakwaan lain.

Namun, penyelidikan terhadap pengeboman gereja di daerah Sulu yang dikenal sebagai benteng kelompok Abu Sayyaf itu masih belum selesai. Abu Sayyaf adalah kelompok yang dikenal lewat aksi penculikan dan faksi-faksi gerilyawannya. Kelompok itu juga berbaiat kepada ISIS.

“Ada lebih banyak kepingan bukti yang memerlukan pemeriksaan mendalam,” kata Albayalde.

Militer dan kepolisian Filipina sebelumnya mengatakan dua bom itu diledakkan dari jauh. Namun, Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Selasa (29/1/2019) lalu mengatakan bahwa dua ledakan itu kemungkinan merupakan serangan bunuh diri.

Beberapa hari kemudian, Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano mengatakan bahwa serangan bunuh diri itu dilakukan pasangan asal Indonesia dengan bantuan Abu Sayyaf. Pernyataan itu sejalan dengan klaim ISIS melalui kantor beritanya, Amaq, pada Senin (4/2/2019) pagi.

Di sisi lain, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, mengungkapkan bahwa sampai saat ini tidak ada bukti kuat yang diberikan Pemerintah Filipina bahwa pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Filipina tersebut adalah sepasang WNI.

Kendati demikian, dia mengakui ada hubungan antara kelompok teroris di Filipina dan Indonesia. Namun pada peristiwa bom bunuh diri kali ini, tidak ada satupun bukti kuat yang mengarah ke WNI terkait aksi teror tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya