Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik
Perjanjian damai yang sudah diupayakan selama 15 tahun lewat perundingan yang diperantarai oleh Malaysia itu akan ditandatangani pada 15 Oktober mendatang di Ibukota Filipina, Manila, dan akan disaksikan oleh Presiden Filipina Benigno Aquino III dan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. “Kerangka perjanjian ini akan mengatasi semua prasangka dan akan menepis semua rasa saling curiga yang sudah menodai berbagai upaya serupa di masa lalu,” tegas Aquino dalam pernyataan resminya, Minggu (7/10/2012).
Wilayah otonomi baru yang luas dan batas-batasnya masih akan ditentukan lewat referendum sebelum Pemilu nasional tahun 2016 akan dinamai Bangsamoro, istilah yang selama ini dipakai untuk menyebut penduduk asli kawasan itu.
Akan tetapi kondisi wilayah selatan yang masih rawan kekerasan dan bentrokan berdarah berlatar belakang politik itu dikhawatirkan bakal membuat pelaksanaan perjanjian itu tak berlangsung mulus. Masih ada pula ancaman dari kelompok-kelompok separatis radikal yang bisa jadi akan memisahkan diri dari organisasi utama MILF. Banyak kelompok radikal di wilayah ini yang diyakini berkolaborasi atau terkait langsung dengan jaringan Al Qaeda.
Kekhawatoran ini beralasan karena segera setelah pemerintah Filipina secara resmi mengumumkan tercapainya perjanjian damai itu hari ini, sebuah kelompok radikal sudah menyatakan akan terus berjuang muntuk mendirikan negara muslim merdeka di wilayah selatan. “Kami tak peduli jika pemerintah dan MILF mencapai kesepakatan. Kami tak butuh wilayah Bangsamoro atau apa pun istilah mereka,” tegas Abu Misry Mama, juru bicara Bangsamoro Islamic Freedom Movement, di Kota Davao, Filipina selatan.