SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Federasi sepak bola dunia, FIFA telah menjatuhkan pilihan terhadap 30 wasit dari 28 negara untuk memimpin 64 pertandingan di Piala Dunia yang berlangsung 11 Juni hingga 11 Juli mendatang. Sebagai pengadil lapangan, korps berseragam hitam-hitam dan bersenjatakan peluit jelas memiliki peran penting di turnamen ini.

Memiliki kewenangan penuh memimpin jalannya pertandingan, wasit bisa menjadi sosok yang dicintai hingga dibenci para pemain, pelatih maupun para suporter. Tak jarang wasit sering dijadikan kambing hitam kekalahan sebuah tim yang tak puas atas kepemimpinan mereka di lapangan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berasal dari lima benua yang berbeda, masing-masing wasit yang dipercaya memimpin laga di Afrika Selatan 2010 mengantongi beragam pengalaman ketika memimpin pertandingan. Mulai dari pengalaman menegangkan, mencekam hingga mempertaruhkan nyawa mereka.

Pengalaman buruk yang berisiko mengancam jiwa pernah dialami wasit asal Inggris, Howard Webb. Dilansir dari dailymail.co.uk, wasit berusia 38 tahun ini pernah menerima ancaman dari perdana menteri Polandia yang mengatakan ingin membunuhnya setelah memberi Austria tendangan penalti di injury time saat menghadapi Polandia pada Euro 2008.

Tak hanya itu, wasit yang dulunya bekerja seorang petugas polisi ini juga menerima ancaman kematian dari komunitas besar warga Polandia yang berdomisili di Inggris. Lain lagi dengan yang dialami Carlos Amarilla yang merupakan salah satu wasit termuda di Amerika Selatan.

Seperti sering dialami wasit-wasit lainnya di benua ini, Amarilla yang juga berprofesi sebagai mekanik listrik ini menerima serangan fisik dari pemain saat pertandingan berlangsung. Wajah wasit berusia 39 tahun ini juga menjadi sasaran bogem mentah dari para suporter saat memimpin pertandingan liga Paraguay yang mempertemukan Olimpia dan Nacional.

Mengambil keputusan cepat namun tepat dalam kondisi genting juga pernah dilakukan wasit terbaik Italia, Roberto Rosetti. Wasit yang juga seorang fisioterapis ini meninggalkan lapangan saat memimpin derby antara Lazio dan Roma di Seri-A tahun 2004 setelah terjadi invasi lapangan menyusul rumor mengenai kematian seorang anak kecil di luar stadion.

Rosetti menelpon presiden sepak bola Italia yang kemudian memberi perintah kepadanya untuk menghentikan pertandingan. Kendati kemudian diketahui bahwa rumor tersebut tidak benar.

Meski sebagian besar wasit selalu saja dibuntuti pengalaman buruk, ada juga yang menerima penghargaan atas prestasi mereka. Salah satunya dialami wasit asal Uzbekistan, Ravshan Irmatov. Setelah menerima penghargaan Wasit Terbaik Asia, Irmatov mendapatkan sambutan luar biasa saat pulang ke negaranya.

Wasit yang juga bekerja sebagai instruktur sepak bola sekolah ini menerima sambutan kedatangan dari sekelompok besar warga yang menunggunya di bandara. Wasit berusia 32 tahun tersebut pun menjelma bak pahlawan nasional.

anh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya