SOLOPOS.COM - Lukisan Fidel Castro terpampang di sebuah pabrik di Havana, Kuba, Sabtu (26/11/2016). (JIBI/Solopos/Reuters/Enrique De La Osa)

Meninggalnya Fidel Castro dan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dinilai menjadi awan gelap bagi rakyat Kuba.

Solopos.com, HAVANA — Kematian Fidel Castro menambah keresahan baru di negara yang letaknya tak jauh dari AS itu. Mereka tak hanya berkabung, namun seperti menghadapi masalah baru setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden baru AS.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Dari invasi Teluk Babi hingga kunjungan bersejarah Presiden AS Barack Obama ke Havana belum lama ini, warga Kuba tahu bahwa kapanpun AS menatap negara itu, Fidel Castro selalu ada, bahkan melawan Trump sekalipun. Sebelum Castro mengembuskan nafas terakhir, kekhawatiran sudah muncul setelah Trump mengancam akan menghentikan rencana kerja sama perdagangan dan transportasi yang baru saja dirintis.

Trump yang ingin tampil sebagai antitesis Obama, berpotensi menggagalkan kesepakatan AS dengan Presiden Kuba Raul Castro untuk mengakhiri perang dingin selama puluhan tahun. Pada akhir kampanye Pilpres AS lalu, Trump berusaha meyakinkan warga AS keturunan Kuba (mayoritas oposisi Castro) di Florida dengan berjanji menjadi akan melawan Castro.

Ekspedisi Mudik 2024

Trump berjanji jika terpilih bakal menutup Kedutaan AS di Havana yang belum lama dibuka kembali. Trump juga mengkritik Obama yang menurutnya harus bisa membuat kesepakatan yang lebih baik sebelum mengembalikan hubungan diplomatik dengan Kuba.

Setelah memenangkan pemilu, Trump masih belum menunjukkan kejelasan apakah dia akan benar-benar merealisasikan janjinya itu atau tidak. Obama sendiri menyebut Fidel Casto yang baru saja berpulang sebagai orang yang luar biasa. Sebaliknya, tanpa menunjukkan simpati, Trump menyebutnya Castro sebagai diktator yang brutal.

Castro memulai perjalanannya dalam revolusi Kuba dengan menggulingkan rezim yang didukung AS, mengusir invasi Teluk Babi (oleh orang Kuba yang didukung CIA) pada 1961, dan melawan Presiden AS John F Kennedy dalam penempatan rudal di kawasan itu setahun kemudian.

Selama 49 tahun, Castro melawan 10 presiden AS. Saat dia menyerahkan kekuasaannya kepada Raul Castro pada 2008, Castro juga tak berhenti memperingatkan rakyat Kuba agar tak mempercayai AS. Banyak rakyat Kuba yang menganggap mereka bisa kuat melawan kebijakan Trump selama masih ada Fidel Castro.

“Dengan meninggalnya ‘El Comandante’, saya agak takut tentang apa yang akan terjadi karena cara berpikir Trump dan aksinya,” kata Yaneisi Lara, 36, seorang penjual bunga di jalanan Havana, dikutip Solopos.com dari Reuters, Minggu (27/11/2016).

Menurutnya, Trump bisa membalikkan semua pencapaian di bawah Obama yang terkait pengembalian hubungan AS-Kuba. Saat ini, Obama gagal meyakinkan Konggres bahwa pemerintahannya bisa meningkatkan embargo ekonomi pada Kuba. Secara pribadi, Obama menentang sanksi itu dan memilih melakukan pendekatan perdagangan dengan Kuba.

Salah satunya, maskapai komersial AS mulai melayani penerbangan ke Havana pada Senin (28/11/2016). Ini merupakan kali pertama pesawat komersial AS masuk ke Kuba selama setengah abad terakhir.

Trump diperkirakan akan meningkatkan sanksi ekonomi ke Kuba. Hal ini terbaca dari keputusannya memasukkan Mauricio Claver-Carone, seorang advokat yang dikenal mendukung kebijakan keras ke Kuba, dalam tim transisi.

Pada Sabtu (26/11/2016), Trump menyatakan pemerintahannya akan melakukan segalanya untuk meningkatkan kebebasan dan kemakmuran masuarakat Kuba setelah kematian Fidel Castro. Hal ini dimaknai sebagai sinyal Trump ingin kembali menekan pemerintahan Raul Castro dengan sanksi ekonomi.

“Trump adalah kutub yang berlawanan dengan Obama,” kata Pablo Fernandez Martinez, 39, pengemudi taksi.

Kehidupan rakyat di Kuba selama ini sulit meski bagi kaum terpelajar sekalipun. Hubungan baik dengan AS memberikan harapan baru masuknya lebih banyak dolar ke negara itu. Namun, dengan naiknya Trump ke Gedung Putih, harapan itu segera sirna.

“Jumlah turis akan berkurang dan akan berdampak pada seluruh rakyat Kuba dan memukul perekonomian,” kata Pablo yang mendapatkan penghasilan $100-$120 per pekan dengan mengantar orang-orang asing di Havana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya