SOLOPOS.COM - Dwi Yasmanto. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO -- Setelah viral usulan orang kaya menikahi warga miskin, kini muncul gerakan puasa umat untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia.

Usulan itu disampaikan pengurus Gerakan Muslim Indonesia Raya (Gemira) Jawa Tengah (Jateng), Dwi Yasmanto, saat diwawancarai wartawan seusai menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Wedangan Betah Nongkrong, Solo, Sabtu (29/2/2020) malam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

FGD itu bertema Antara Agama dan Negara; Mencari Solusi Permasalahan Ekonomi, Feedback atas Intermezo Pernikahan Si Kaya dan Si Miskin sebagai Solusi Pengentasan Kemiskinan. Diskusi diikuti puluhan perwakilan masyarakat Kota Bengawan.

“Melalui forum ini Gemira Jateng menawarkan solusi konkret melalui manajemen puasa sebagai gerakan sosial untuk kesejahteraan. Dasarnya Alquran Surat Al An’am ayat 14 dan 101, serta hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhari,” ujar dia.

Malam Minggu, 40 Rumah di Weru Sukoharjo Kebanjiran

Dwi menjelaskan selama ini kemiskinan menjadi masalah yang belum terselesaikan di Tanah Air. Berbagai program dan ide solusi telah ditawarkan kepada pemerintah.

Tapi nyatanya persoalan kemiskinan masih menjadi isu strategis di tingkat nasional.

Konsep gerakan puasa umat ini menargetkan alokasi biaya makan siang bisa disisihkan untuk masyarakat tidak mampu.

"Ketika kita puasa kan hanya makan dua kali, saat sahur dan buka puasa. Alokasi makan siang bisa disisihkan,” kata dia.

Dwi menjelaskan konsep yang sama telah diterapkan di Desa Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kebumen, Jateng. Di desa itu sudah ada 120-an anggota jemaah atau peserta gerakan yang rutin menyumbangkan penghasilan mereka untuk warga lainnya.

Bakul Sayur Karanganyar Wisuda Bawa Bronjong Pengin Jadi Guru WB

“Implementasi riil gerakan ini dengan menyisihkan beras satu sendok makan per anggota keluarga dalam sehari. Bila ada lima anggota keluarga berarti ada lima sendok makan yang disisihkan dalam sehari. Beras ini yang dialokasikan untuk warga lain,” urai dia.

Dwi mengakui dibutuhkan kelembagaan yang bertanggung jawab mengelola beras hasil sedekah yang disisihkan jemaah. Dari beras yang disisihkan tersebut bisa langsung dibagikan kepada warga tidak mampu dalam bentuk beras atau barang lainnya.

Dia yakin bila gerakan itu diikuti seluruh bangsa Indonesia bisa menjadi gerakan yang benar-benar dapat mengurangi kemiskinan.

“Saya pikir ini konsep ini kalau dijalankan serentak bisa menjadi solusi persoalan kemiskinan bangsa ini,” terang Dwi.

Kisah Java Kapok, Kapuk Jawa yang Pernah Menguasai Dunia

Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta agar Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengeluarkan fatwa tentang pernikahan lintas ekonomi.

Muhadjir Effendy mengatakan fatwa ini berisi tentang kewajiban orang kaya menikahi orang miskin dan sebaliknya. Namun, belakangan Muhadjir mengklarifikasi ide itu hanya untuk selingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya