SOLOPOS.COM - Warga antre mendapatkan tengkleng saat Festival Tengkleng yang merupakan rangkaian acara Pekan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) 2013 di Graha Solo Raya, Gladak, Solo, Minggu (6/10/2013). Festival tersebut diselenggarakan untuk mengenalkan makanan yang berbahan dasar tulang kambing dengan sedikit daging yang menempel itu. (Agoes Rudianto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Sebelum gelaran car free day (CFD) usai, Minggu (6/10/2013), sekitar pukul 08.45 WIB ratusan orang terlihat sudah memadati halaman Graha Soloraya. Seolah sudah tak sabar untuk segera menikmati tengkleng, mereka terlihat sudah langsung berbaris rapi di depan panggung yang sudah disediakan panitia.

Pagi itu, Festival Tengkleng 2013 memang dilegar sebagai salah satu rangkaian dari acara Pekan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2013. Sementara ratusan orang mengantre, beberapa chef yang tergabung dalam Indonesian Chef Association (ICA) sedang memotong-motong kepala dan babat kambing di panggung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun ada salah satu yang berbeda dari kerumunan chef tersebut. Di saat yang lain telihat mengenakan atasan putih atau hitam, satu wanita paruh baya terlihat mengenakan atasan batik. Dia adalah Bu Tentrem, 59, pemilik warung makan khusus tengkleng Yu Tentrem.

Ketenaran tengkleng Yu Tentrem tidak perlu diragukan lagi. Bukan hanya masyarakat Solo yang menyukai tengkleng buatannya, tapi kalangan pejabat teras pun banyak yang menjadi langganan. “Saya diminta untuk membantu acara ini,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela acara Festival Tengkleng 2013, Minggu (6/10).

Selain membantu memasak makanan langsung di lokasi, Tentrem juga membawa empat kwali tengkleng buatannya dari rumah. Dia mengaku, hari itu membuat tengkleng dari 25 kepala kambing dan 20 kilogram tulang kambing. Oleh karena itu, sambil menunggu tengkleng yang dimasak oleh para chef selesai, sekitar pukul 09.30 WIB, Tentrem membagikan tengkleng yang ia bawa.

Sontak saja terjadi desak-desakan dari pengunjung yang ingin segera menikmati tengkleng. Maklum mereka mengaku sudah menunggu lama. Salah satunya adalah Surono, 66. Laki-laki asal Bekonang Sukoharjo itu mengaku sudah datang sejak pukul 07.30 WIB. Namun karena acara belum dimulai, akhirnya dia berkeliling CFD.

“Sebaiknya kalau mengadakan acara seperti ini [Festival Tengkleng] itu agak pagi jadi bisa bersamaan dengan CFD. Jadi kalau orang menunggu tidak lama, saat CFD selesai, Festival Tengkleng juga selesai,” ungkap laki-laki yang datang bersama istri dan cucunya tersebut.

Meski begitu, Surono mengaku sangat menikmati tengkleng yang diberikan karena rasanya enak. Dia mengaku membeli dua kupon Festival Tengkleng dari panitia. Satu kupon dijual dengan harga Rp8.000 untuk satu porsi tengkleng.

Sementara itu, Koordinator Chef acara Festival Tengkleng, Jeffrey Yohanes Kotta, mengatakan pagi itu, pihaknya membuat tengkleng dari 12 ekor kambing dengan berat 100 kilogram. Namun bagian yang diambil hanya kepala, tulang, dan jeroan.

Dia mengatakan sengaja tidak memasukkan daging karena tidak ingin menghilangkan kekhasan tengkleng yang biasanya hanya tulang dan jeroan. “Masakannya tidak berbeda dengan tengkleng pada umumnya. Hanya kali ini kami masak besar karena disajikan untuk 1.000 pincuk,” tutur Penasihat ICA ini.

Executive Chef Hotel Baron Indah ini mengatakan pihaknya sengaja mempertontonkan cara memasak langsung kepada masyarakat. Hal ini supaya, masyarakat pun mengetahui cara memasak tengkleng yang baik. Apalagi saat ini mendekati momen Idul Adha yang biasanya masyarakat mendapat daging kurban. Lebih lanjut, ia mengatakan acara tersebut melibatkan sekitar 4 chef professional dan 11 chef junior.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya