SOLOPOS.COM - Pawai bregodo di sepanjang Jalan Malioboro sampai Museum Benteng Vrederbug, Jumat (2/9/2016) sore. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Festival Seni Internasional 2016 akan mempertemukan karya kreatif guru seni budaya dengan karya kreatif seniman dalam dan luar negeri

Harianjogja.com, SLEMAN- Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya (P4TKSB) Yogyakarta kembali menggelar Festival Seni Internasional 2016.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Ajang dua tahunan tersebut digelar untuk mempertemukan karya kreatif guru seni budaya dengan karya kreatif seniman dalam dan luar negeri.

Kepala Pusat P4TKSB Salamun menjelaskan, festival tersebut diharapkan mampu menjembatani kreasi-kreasi guru-guru seni dan budaya. Komunikasi kreasi tersebut diharapkan merepresentasikan kualitas dan melahirkan pemahaman baru terkait bahasa estetika dalam konteks pendidikan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Guru seni budaya akan belajar secara langsung melalui proses berkarya dan komunikasi antar karya yang ada, sehingga masing-masing dapat saling menghargai dan saling mempelajari,” kata Salamun saat jumpa pers di Hotel Quality Jogja, Selasa (15/11/2016).

Dia menjelaskan, kekurangan atau kelebihan antara karya satu dengan yang lain selama festival berlangsung dapat dijadikan sebagai materi evaluasi untuk melahirkan karya baru di masa mendatang.

Menurutnya, karya kreatif yang lahir dari guru seni budaya dan seniman selama FSI berlangsung bisa menjadi pembelajaran semua pihak. “Evaluasi tidak hanya bagi estetika seni budaya di lingkungan lembaga pendidikan [sekolah] tetapi juga bagi masyarakat,” katanya.

Menurut Salamun, seni merupakan kreativitas dari keterampilan dan imajinasi manusia. Seni, katanya, tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Seni juga dapat berfungsi dengan baik secara indiviudal bagi penciptanya dan penikmatnya. Perwujudan seni dimanifestasikan dalam berbagai bentuk seperti seni rupa, seni kriya, seni pertunjukan, dan bentuk-bantuk lainnya.

“Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan guru yang kompeten dan berdedikasi tinggi agar mampu mencipta dan menghargai karya seni. Guru seni budaya diharapkan mampu melahirkan karya seni yang unggul,” ungkap Salamun.

Ketua Umum Panitia FSI 2016 Sigit Purnomo menjelaskan, kegiatan FSI dimulai sejak 2006 lalu. Tahun ini, pihaknya mengangkat tema “Today Arts, Future Culture”.

Maksudya, seni-seni yang ditampilkan harus mencerminkan karakter budaya bangsa atau memiliki nilai-nilai imajinatif futuristik. Bisa mengkombinasikan antara budaya Indonesia dan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

Dia memaparkan, kegiatan FSI 2016 tersebut bertujuan memberikan apresiasi dan ruang kreasi bagi guru seni budaya untuk menampilkan karya terbaiknya. Kebijakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan seni dan budaya di Indonesia.

FSI tahun ini digelar sejak Senin (21/11/2016) hingga Jumat (25/11/2016) di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. “Karya-karya seni guru akan ditampilkan, mulai seni pertunjukan, lukis dan kreatifitas lainnya,” katanya.

Selain itu, selama festival berlangsung juga dipentaskan karya seni luar negeri dari tujuh kelompok seniman luar negeri. Seperti Ecuador, Timor Leste, Singapura, Malaysia, Philipina, Inggris. “Selama fastival juga digelar workshop guru seni budaya, lomba-lomba, seminar hingga pentas seni hiburan masyarakat,” jelas Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya