SOLOPOS.COM - Pertunjukan seni reog yang ditampilkan peserta Festival Reog Nasional XXII, Kamis (8/11/2015). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Madiunpos.com)

Festival Reog Nasional XXII diduga dicemari kecurangan, Yayasan Reog Ponorogo anggap tim kalah mencari kambing hitam.

Madiunpos.com, PONOROGO — Dugaan kecurangan dalam penjurian Festival Reog Nasional XXII diungkap Paguyuban Reog Jabodetabek. Yayasan Reog Ponorogo yang memayungi Penyelenggaraan FRN XXII di Ponorogo, Jawa Timur menganggap protes itu dilontarkan karena tim Paguyuban Reog Jabodetabek tidak memenangi festival.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seperti diberitakan Madiunpos.com, Paguyuban Reog Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sejauh ini menemukan dua indikasi kecurangan dalam penjurian Festival Reog Nasional XXII di Ponorogo, 7-13 Oktober 2015 lalu itu. Pertama, terkait kelengkapan administrasi pemain dalam setiap kontingen reog. Beberapa kontingen ditengarai menggunakan tim bayaran dan bukan pemain atau seniman asli dari daerah asal delegasi reog yang terdaftar di panitia FRN XXII.

“Juara umum FRN dari Kabupaten Lamandau, Kalimantan Timur itu pemain seluruhnya dari tim bayaran yang berasal Ponorogo. Daftarnya atas nama Tim Reog Lamandau tapi yang main dari salah satu sanggar reog yang ada di Ponorogo. Beberapa peserta lain juga ada yang begitu,” ungkap Sekjen Paguyuban Reog Jabodetabek, Agus Setiyoko, yang dikutip Kantor Berita Antara, Jumat (23/10/2015).

Kedua, sanggar yang “dibeli” Pemkab Lamandau untuk mengikuti kegiatan FRN adalah binaan salah seorang dewan juri bernama Sodiq. “Tidak bisa begitu dong. Masa dewan juri mempunyai sanggar lalu dipakai orang lain dan kemudian menjadi juara umum. Apapun, objektifitas penilaiannya patut dipertanyakan,” sambung Agus.

Protes Karena Kalah
Menanggapi protes Paguyuban Reog Jabodetabek itu, pihak Yayasan Reog Ponorogo yang menjadi wadah bersama komunitas seniman reog di Kabupaten Ponorogo berjanji mengevaluasi ulang pelaksanaan Festival Reog Nasional XXII.

“Semua masukan maupun protes yang dilayangkan sejumlah peserta FRN XXII sudah kami tampung. Solusinya setelah Yayasan Reog Ponorogo menggelar rapat bersama, seluruh rangkaian pelaksanaan FRN akan kami evaluasi ulang,” kata budayawan sekaligus sesepuh Reog di Ponorogo, Ahmad Tobroni, yang dimintai konfirmasi Antara secara terpisah.

Ia menolak berkomentar lebih jauh terkait protes maupun ancaman somasi dari sejumlah delegasi reog yang menurutnya kalah dalam Festival Reog Nasional XXII. Namun ia memastikan, seluruh tayangan ulang pelaksanaan FRN yang diikuti 40 kontingen akan dievaluasi secara menyeluruh, terutama 10 penampil terbaik dan tiga pemenang yang masing-masing diraih oleh tim reog Pemkab Lamandau (juara I), tim reog Unibraw (juara II), serta tim reog SMKN Wonogiri (juara III).

“Kami juga akan melibatkan berbagai pihak yang kompeten, termasuk dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jatim, Dinas Pariwisata Ponorogo, Yayasan Reog Ponorogo maupun lainnya,” tegasnya.

Sewa Pemain Mentradisi
Terkait kemungkinan boikot dari delegasi reog luar daerah, Tobroni mempersilahkan kepada masing-masing paguyupan reog luar daerah. Tobroni yang juga mantan juri festival reog sejak kali pertama digelar hingga FRN tahun 1995 ini mengatakan, tradisi menyewa sejumlah pemain pendukung untuk melengkapi tim reog dari kontingen atau delegasi luar daerah sudah berlangsung dari dulu.

“Selama ini tidak ada masalah. Kami berharap ini bukan karena ada tim yang tidak bisa mencapai target [juara] lalu mencari kambing hitam ya,” jawab Tobron yang menurut Antara juga tokoh sekaligus sesepuh Reog di Kabupaten Ponorogo tersebut.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya