SOLOPOS.COM - Salah seorang dalang menunjukan kemahiran dalam memainkan wayang dalam Festival Pedalangan Gunungkidul 2015 di Bangsal Sewokoprojo, Sabtu (14/11/2015). (Harian Jogja/David Kurniawan)

Festival Pedalangan 2015 di Gunungkidul diikuti 31 dalang

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunungkidul menggelar Festival Pedalangan 2015 di Bangsal Sewokoprojo, yang berlangsung mulai Sabtu (14/11/2015) hingga hari ini. Agenda yang digelar rutin setiap tahun itu diikuti 31 dalang meliputi 18 dalang dewasa, sembilan dalang cilik dan empat dalang remaja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Seksi Pelestarian dan Pengembangan Nilai Budaya Disbudpar Gunungkidul Dwijo Winarto mengatakan, festival pedalangan pertama kali digelar pada 2010 lalu. Tahun ini merupakan penyelenggaraan yang kelima kalinya secara beruntun.

“Mudah-mudah semua berjalan lancar hingga akhir acara besok [hari ini],” kata Dwijo saat ditemui di sela-sela kegiatan festival, Sabtu.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menjelaskan, festival pedalangan digelar sebagai bentuk pelestarian budaya leluhur. Wayang merupakan salah satu pertunjukan yang sangat digandrungi masyarakat, namun eksistensinya sekarang mulai tergeser oleh nilai-nilai budaya dan peradaban modern.

“Bukan hanya wayangnya saja yang harus dipertahankan, tapi regenerasi dalang juga harus terus dilakukan. Untuk ini festival ini dibagi dalam tiga kategori, yakni muda, remaja dan dewasa,” ujarnya.

Festival ini diikuti 31 dalang yang berasal dari 18 kecamatan di Gunungkidul. Unjuk kemampuan para dalang ini terbagi dalam tiga kategori, yakni kelas dewasa diikuti 18 dalang, kelas remaja diikuti empat dalang dan kelas anak-anak yang diikuti sembilan pedalang cilik.

“Hari ini [kemarin] yang dipentaskan untuk kategori dewasa, sedangkan untuk besok [hari ini] yang dipentaskan kategori anak-anak dan remaja,” kata Dwijo.

Dia menambahkan, dalam pentas ini masing-masing dalang diberikan waktu 20 menit untuk menunjukkan kebolehan dalam memainkan wayang.

Sajian pementasan yang digunakan berpijak pada ciri wayang Yogyakarta. “Untuk lakon yang dipilih bebas dan diserahkan ke masing-masing dalang,” ungkapnya.

Salah seorang peserta festival Ari Pringgosusilo,21, mengaku sudah ikut kontes dalang ini sebanyak dua kali. Dia mengakui partisipasi ini salah satunya untuk meningkatkan kemahiran dalam memainkan wayang.

“Saya sangat senang, karena dengan festival ini bisa mengasah kemampuan saya dalam bermain. Banyak yang dinilai di ajang ini, mulai dari kemahiran bercerita ketrampilan menggerakan wayang serta intonasi dalam menyanyikan gending dan juga tokoh wayang yang diperagakan,” kata Ari.

Dalam pementasan selama 20 menit itu, ia mengambil lakon Bimo Suci. Menurut dia, lakon ini merupakan salah satu cerita yang digemari oleh pecinta wayang. Alur ceritanya mengandung makna yang dalam tentang asal dan tujuan hidup manusia. “Meski waktunya terbatas, saya sangat puas saat membawakan cerita tersebut,” kata Dalang asal Semanu ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya