SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung melihat beragam kreasi memedi sawah (orang-orangan sawah) yang dilombakan dalam Lomba Memedi Sawah di Bhumi Merapi, Hargobinangun, Pakem, Sleman, DI. Yogyakarta, Sabtu (12/11/2016). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Festival Memedi Sawah digelar untu memperingati Hari Pangan Sedunia

Harianjogja.com, SLEMAN- Masih dalam suasana memperingati Hari Pangan Sedunia pada 16 oktober, Puluhan Memedi sawah berjajar di lapangan Bhumi Merapi Sabtu (18/11/2016). Festival Memedi Sawah yang digelar oleh Paroki Maria Assumpta Pakem tersebut mampu mencuri perhatian banyak kalangan masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cuaca sejuk di lereng pegunungan Merapi tidak terlalu menyengat kulit saat kaki melangkah menyusuri persawahan di daerah Pakem. Sejauh mata memandangi persawahan, berjejer puluhan memedi sawah yang berwarna-warni tampak berdiri tegap terpaku menancap tanah persawahan. Bentuknya seram, matanya tajam seolah tegas menghadapi hama-hama yang hendak mengacau padi di sawah.

Ketika anak-anak melihat patung-patung yang terkesan aneh tersebut pandangan lucu, di tengah zaman yang semakin modern jarang sekali memang kita menjumpai memedi sawah berada di ladang atau persawahan.

Itulah tujuannya, Festival Memedi Sawah dalam rangkaian menyambut hari pangan sedunia memang diselenggarakan untuk mengenalkan kembali serta mengajak masyarakat khususnya petani untuk bersama-sama memerangi hama sebagai wujud kekuatan dalam upaya ketahanan pangan.

Ketua pelaksana kegiatan, Herry Susila menyampaikan, festival ini sudah dilakukan sejak tahun 1990. Kata dia, festival ini juga sebagai lahan dan wadah untuk memberikan pengetahuan kepada petani agar lebih mampu mengerti tentang potensi ancaman kedaulatan pangan yang semakin tahun semakin terancam.

“Ini bisa juga sebagai semangat kami dalam memerangi kedaulatan pangan yang semakin didominasi dengan pangan pabrikan,” ujarnya saat ditemui di sela-sela kegiatan festival, Sabtu (19/11/2016).

Festival dan perlombaan yang memperebutkan piala Gusti Prabukusumo tersebut setidaknya diikuti oleh 70 peserta yang membuat memedi sawah yang beragam bentuknya. Tema ketahanan pangan membuat peserta banyak membuat bentuk Memedi sawah yang menyentil pemerintah terkait penanganan korupsi yang melibatkan kepengurusan beras-beras bersubsidi.

Saat berjalan melihat suasana festival, dengan suasana sejuk pegunungan Hery masih memaparkan bagaimana dirinya bersama kawan-kawan panitia yang lain begitu ingin menguatkan kembali para petani agar mereka tetap mampu bertahan dengan produksi pangannya supaya tidak mudah tersaingi dengan produk pangan import dari luar.

Prabukusumo yang datang untuk membuka kegiatan festival juga sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ia menyampaikan kegiatan ini harus terus dilestarikan, meski zaman semakin canggih namun memedi sawah akan tetap menjadi media yang membantu petani untuk menjaga sawah dari hama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya