SOLOPOS.COM - Penari menunjukkan kebolehan dihadapan pengunjung pada acara pembukaan Festival Bendera di Desa Gerdu, Karangpandan, Sabtu (30/12/2017). (Sri Sumi H/JIBI/Solopos)

Wisata Karanganyar mempunyai event baru, Festival Bendera.

Solopos.com, KARANGANYAR — Undangan elektronik Festival Bendera beredar di kalangan wartawan beberapa hari sebelum acara, Sabtu-Minggu (30-31/12/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada undangan tertulis Desa Gerdu, Karangpandan. Espos bertanya lokasi tepat acara kepada sejumlah orang. Jawaban yang diterima Patung Semar ke timur. Tidak ada penjelasan detail.

Pengunjung memadati lokasi Festival Bendera di Desa Gerdu, Karangpandan, Sabtu (30/12/2017). (Sri Sumi H/JIBI/Solopos)

Pengunjung memadati lokasi Festival Bendera di Desa Gerdu, Karangpandan, Sabtu (30/12/2017). (Sri Sumi H/JIBI/Solopos)

Solopos.com menghubungi staf Disparpora Karanganyar. Dia mengirimkan peta lokasi melalui aplikasi layanan pemetaan web. Saat di klik muncul tujuan jalan tidak bernama. Prediksi jarak tempuh 20 kilometer dan waktu tempuh 34 menit dari Alun-Alun Kabupaten Karanganyar.

Sebelum Omah Kelinci Resto & Farm ke selatan sekitar tiga kilometer. Petunjuknya banner acara dan bendera di kiri dan kanan jalan. Jalan aspal berganti jalan kampung selebar 2,5 meter.

Kondisinya cor bercampur kerakal. Panitia meletakkan kertas petunjuk menuju lokasi untuk memastikan pengunjung dari luar desa maupun kabupaten tidak tersesat melewati gang-gang kecil.

Pemandangan hamparan sawah, pematang, hutan, dan lembah menjadi suguhan pertama saat tiba di lokasi. Panitia menempatkan sejumlah workshop di tepi jalan menuju lokasi bernama Penthuk Gendera. Penthuk Gendera ini berada di antara pematang sawah yang tertutup rimbun pepohonan. Kerajinan yang ditampilkan, seperti janur, kain, dan lain-lain.

Suguhan lain puluhan pedagang “dadakan” menggelar lapak di tepi ladang maupun emper rumah. Ada es tebu, es dawet, es keruk, telo bakar, jajan pasar, pecel pondoh, dan lain-lain. Salah satunya Kasni, 40, warga Puntukringin RT 003/RW 008, Desa Gerdu, Karangpandan. Kasni berjualan pecel pondoh dan soto di emper rumahnya.

Satu porsi pecel pondoh dan soto Rp5.000 sedangkan satu gelas minuman hangat Rp2.000. Apabila tambah es menjadi Rp3.000. Perempuan itu mengaku belum pernah berjualan. Dia penjahit tetapi sedang mencoba peruntungan sebagai pedagang kuliner.

“Pekan lalu diberi tahu ada acara dan pengunjung banyak. Makanya warga berjualan. Saya njajal, masak pecel, pondoh, dan soto. Mulai masak Sabtu jam 03.00 WIB selesai jam 08.00 WIB. Semua ndadak,” cerita dia sembari melayani pembeli.

Partisipasi

Hingga pukul 12.00 WIB, setengah dari dagangan terjual. Modal usaha Rp450.000. Tetapi, dia mengaku senang bisa berpartisipasi pada acara. Acara yang dia tahu adalah tentang bendera.

“Senang. Katanya tahun depan akan ada lagi. Ndak papa siapa tahu bisa meningkatkan pendapatan warga. Kampung kami lebih dikenal orang dan mendatangkan pemasukan,” tutur dia.

Warga Bulu, RT 002/RW 009, Eka, 36, berpendapat sama. Dia menjajakan ubi. Perempuan berkulit kuning itu mengaku tidak berniat menjajakan ubi. Ubi bakar dan rebus yang ditata di meja yang diletakkan di tepi ladang itu hanya untuk dipamerkan.

“Ceritanya hanya untuk dipamerkan, bukan dijual. Tetapi banyak yang beli, yasudah. Harganya Rp500 dan Rp1.000 per buah. Enggak menyangka ada yang beli,” tutur dia sembari terkekeh.

Pengunjung yang lalu lalang mampir dan duduk lesehan. Sekadar melepas dahaga setelah lelah menyusuri jalan cor dan pematang sawah atau mencicipi jajanan lokal. Sayup-sayup terdengar suara gamelan dari arah pematang sawah di bawah permukiman warga. Irama rancak.

Perkusi

Sejumlah anak tergabung dalam Lawu Percussion memainkan alat musik dari Korea. Tidak jauh dari situ, sejumlah perempuan melenggak-lenggokkan badan mengikuti irama.

Penonton merangsek hendak menikmati tarian sembari mendengarkan alunan gamelan. Ada juga yang berupaya mengabadikan. Itu sekelumit gambaran Festival Bendera di Desa Gerdu. Panitia mengklaim kegiatan itu kali pertama diselenggarakan.

“Semua dilakukan warga. Swadaya masyarakat. Ini menjadikan pemikat di desa. Rasa-rasanya, warga dibangunkan dari tidur lewat acara ini. Contohnya banyak yang ikut meski sekadar berjualan,” ujar Kades Gerdu, Suwarno.

Suwarno menitipkan pesan menjaga lingkungan sekaligus melestarikan budaya lewat acara itu. Di sisi lain, warga dilibatkan dengan membudayakan sikap ramah tamah saat menerima tamu. Hal senada disampaikan Kepala Disparpora Karanganyar, Titis Sri Jawoto. Dia berharap pariwisata dapat menyejahterakan masyarakat.

Titis mengapresiasi usaha seniman bersama warga menghidupkan potensi lokal lewat pertunjukan seni dan budaya. “Kearifan lokal. Pariwisata dikemas untuk menyejahterakan masyarakat. Ini mendorong terwujud destinasi wisata baru. Kecamatan lain sudah, ini disusul Karangpandan. Ayo berlomba, kami fasilitasi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya