SOLOPOS.COM - Seorang warga memeriksa burung pipit yang mati secara tak wajar di Bali. (youtube)

Solopos.com, BALI Fenomena seribuan ekor burung pipit berjatuhan dan mati terjadi di Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Peristiwa tak biasa ini jadi perbincangan publik setelah videonya tersebar di Facebook dan viral.

Warga yang merekam ribua burung pipit mati massal itu adalah Kadek Sutika. Kejadiannya pada Kamis (9/9/2021) pagi sekitar pukul 08.00 Wita.  “Iya awalnya saya rekam dulu itu, habis itu langsung unggah di FB [facebook]. Kira-kira jam 8 lebih dikit [sudah viral]. Nggak sampai 08.30, kira-kira jam 08.15 rasanya sudah viral,” kata Sutika, seperti dikutip dari detik.com, Jumat (10/9/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia menceritakan ia menemukan burung-burung berjatuhan itu saat pulang dari tempat tinggal temannya. Usai memutuskan tidak bekerja bersama temannya karena hujan, Sutika hendak langsung pulang. Saat pulang, dia melihat anak-anak mengambil burung-burung di kuburan.

Baca Juga: Bulus Jumbo di Trucuk Klaten Sempat akan Disantap Warga, Halal atau Haram?

Menurut Sutika, burung-burung yang berjatuhan ke tanah itu berada di bawah pohon asem di kuburan Banjar Sema. Awalnya burung-burung tersebut tidur di atas pohon.

fenomena alam burung pipit mati di bali
Ribuan ekor burung pipit mati secara tak wajar di Bali. (youtube)

“Awalnya sering tidur burung di pohon asem itu. Banyak ada burung di sana, tapi baru lima hari burung di sana, dulu tidak ada. Dua ada pohon asem di sana. Asem kembar rasanya itu,” tuturnya.

Sore harinya, burung-burung yang mati berjatuhan di tanah itu sudah dikubur. Sutika menyebut jumlah burung yang berjatuhan itu sekitar seribu ekor. “Banyak sekali burung di sana, ribuan. Iya ribuan lebih. Saya pertama kali menjumpai hal seperti ini,” terangnya.

Cek Lab

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar, Made Santiarka, menyebut diagnosis sementara burung-burung tersebut mati karena ada perubahan cuaca. Namun pihaknya akan melakukan pengecekan ke laboratorium.

Baca Juga: Penemuan Ikan Buas di Trucuk Klaten, Ini Dugaan Asal Usulnya Menurut Dukun Channa

“Kejadian ini mungkin (karena) ada perubahan cuaca, itu diagnosis sementara. Untuk diagnosis selanjutnya kita ambil sampel dan kita cek ke lab,” kata Santiarka, Kamis.

Santiarka menjelaskan burung-burung tersebut merupakan jenis burung pipit yang memang hidup bergerombol. Populasi burung tersebut ternyata cukup banyak sehingga saat kena cuaca buruk berupa hujan deras akhirnya banyak yang mati.

“Karena ada pohon asem satu saja di kuburan, jadi angin numplek ke pohon ini. Karena terlalu lebat hujannya jadi kan jelas ada tekanan udara rendah. Dengan rendahnya tekanan udara, burungnya enggan lari. Dia bertahan saja diam dan basah kuyup dan itu menyebabkan dia sakit dan mati,” kata dia.

Namun berdasarkan informasi yang diterima olehnya, ada juga burung-burung yang masih hidup. Begitu bulunya kering, burung yang sehat sudah bisa terbang kembali.

Baca Juga: Viral! Pemuda Ini Siram Api Mirip Banaspati di Pohon

Hujan Asam

Sebenarnya, kata Santiarka, bulu burung memiliki zat karoten sehingga air sulit menembus ke badan. Di samping itu di bulu burung juga terdapat kelenjar minyak di belakangnya.

“Tapi saking lebatnya hujan karena banyak airnya basah (dan tidak bisa terbang),” kata Santiarka.

Terpisah, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali belum mendapat laporan terkait peristiwa tersebut. Namun mereka menduga fenomena tersebut dipengaruhi hujan asam.

“Kalau kita bicara kondisi dan kejadian alam, bisa dikatakan, bisa saja mungkin waktu hujan itu mengandung asam yang cukup tinggi,” kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Bali, Prawona Meruanto, Kamis.

“Sehingga mengakibatkan burung-burung berjatuhan bisa saja seperti itu. Atau mungkin dengan sebab-sebab lain yang kita tidak ketahui sebelumnya,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya