SOLOPOS.COM - Peserta dialog tentang Pencegahan dan Mengatasi Bahaya Penyimpangan Seksual Anak dan Remaja di Kampus Apeka, Sabtu (20/2/2016) siang, menyimak paparan pembicara. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Fenomena LGBT menjadi perhatian publik akhir-akhir ini.

Solopos.com, KARANGANYAR – Aktivis Komunitas Peduli Sahabat dari Jakarta, Edy Wirastho, menyatakan jumlah kaum gay di Kota Solo diduga lebih dari 5.000 orang. Angka tersebut diklaim berdasarkan pendataan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo tahun 2010.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi itu disampaikan Edy Wirastho saat menjadi pembicara utama dalam dialog tentang Pencegahan dan Mengatasi Bahaya Penyimpangan Seksual Anak dan Remaja di Kampus Apeka, Sabtu (20/2/2016) siang. Kegiatan diikuti puluhan dosen Apeka, dan guru tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Karanganyar.

Ekspedisi Mudik 2024

“Data tahun 2010 Dinas Kesehatan Solo, jumlah gay di Solo ada 5.000 orang. Itu baru yang kaum gay saja, belum kaum lesbian dan waria,” tutur Edy.

Edy menilai kaum gay tidak lagi berdiri sendiri-sendiri (individu), melainkan mulai berkelompok. Tak hanya itu, Edy menduga kaum gay mulai melakukan gerakan dan membentuk organisasi. Bahkan menurut dia, terdapat tiga yayasan resmi di Solo yang menjadi wadah kaum gay.

Edy mengatakan saat ini belum ada aturan hukum di Indonesia yang melarang terhadap perilaku menyimpang kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender).

Pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Karanganyar, Nur Hidayat, saat memberikan sambutan sebelum dialog dimulai mengatakan keluarga adalah kunci penting menghindarkan diri dari perilaku menyimpang.

Terpisah, Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih, saat dihubungi melalui ponsel mempertanyakan kebenaran informasi yang disampaikan Edy Wirastho. “Saya ragu jumlahnya segitu, dan itu data Dinkes Solo. Coba nanti saya cek,” tutur dia.

Pada bagian lain, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin meminta lembaga-lembaga keagamaan menggali akar penyebab seseorang menjadi LGBT serta penanggulangannya.

“Kita tidak boleh memusuhi dan membenci mereka sebagai warga negara, tapi bukan berarti kita membenarkan dan membiarkan gerakan LGBT menggeser nilai-nilai agama dan kepribadian bangsa,” ucapnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (17/2/2016), seperti dilansir Detik.

Lukman menuturkan mayoritas masyarakat di Indonesia menolak legalisasi komunitas LGBT ini. Tokoh agama, aktivis, dan media perlu bersatu padu untuk membendung fenomena ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya