SOLOPOS.COM - Ilustrasi LGBT (vickybeeching.com)

Fenomena LGBT akhir-akhir ini mendapat perhatian masyarakat.

Solopos.com, SOLO-Informasi seputar merebaknya lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di masyarakat diakui masih minim. Perlu ada edukasi kepada kalangan pelajar dan mahasiswa tentang permasalahan terkait merebaknya LGBT tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional Indonesia Cerdas Bermoral dengan tema Kembali Kepada Nilai-Nilai Pancasila dan Keislaman yang diadakan Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Indonesia (FSLDK) Pusat Komunikasi Daerah Soloraya di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sabtu (25/6/2016).

Ketua Pusat Komunikasi Nasional FSLDK, M. Syukri Kurnia Rahman, mengemukakan, terkait seberapa jauh merebaknya LGBT, tim Pusat Komunikasi Nasional FSLDK sudah terjun melakukan survei. Menurut Syukri, langkah tersebut di antaranya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman tentang LGBT. Sebab secara kedokteran memang ada orang yang memiliki gen-gen seperti tersebut yang rentan terkena gangguan dan bukan karena muncul lahir tiba-tiba. Karena sudah memiliki gen, kemudian adanya pencetus sehingga rentan terkena lesbian atau gay.

“Kami ingin hadir di situ untuk melakukan edukasi, melakukan penyadaran terhadap adanya gangguan itu,” ujarnya.

Syukri menjelaskan, diadakannya edukasi kepada kalangan pelajar dan mahasiswa, di antaranya, meningkatkan pemahaman peserta seminar tentang LGBT dan pandangan Islam mengenai LGBT, meningkatkan pengetahuan peserta seminar mengenai sikap-sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi LGBT.

Sementara itu, pembahasan tentang LGBT sendiri berawal dari angggapan Pusat Komunikasi Nasional FSLDK bahwa sudut pandang Indonesia yang harus dipantau atau diawasi terus menerus, salah satunya adalah moralitas.

“Untuk ini kami kerucutkan pada satu sudut pandang penyelewengan seksual yakni LGBT,” jelasnya.

Sementara itu, menurut salah satu narasumber dalam seminar tersebut, Dosen Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), Bagus Riyono, keluarga memiliki peranan paling penting dalam menanggulangi merebaknya kasus LGBT belakangan ini.

Penanganan secara multidemisonal mulai dari keluarga, sekolah dan sistim hukum juga harus digarap secara bersama-sama.

Dia juga mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian dari keluarga, ternyata peran ayah sangat penting. Terutama untuk meredam pemicunya dengan menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak-anak.

“Contohnya, anak yatim harus dilindungi karena telah kehilangan ayah. Padahal masih memiliki ibu. Tetapi ayah itulah yang sebenarnya menanamkan nilai-nilai. Begitu hilang ayah, maka anak bersangkutan kemudian survive, tetapi tidak mempunyai pegangan kuat,” jelasnya.

Menurutnya, seorang ayah juga harus mengasuh anaknya, termasuk menanamkan nilai-nilai keimanan selain peran ayah yang juga harus bisa menjadi tameng dari gangguan orang lain.

“Misalkan dari gangguan teman-temannya,” tambahnya.

Sementara dari sekolah, Bagus menambahkan, secara pola pikir pendidikan harus mengintegrasikan keimanan dan keilmuan.

“Jangan dipisahkan atau sekuler. Kalau sekuler maka anak-anak di sekolah tidak belajar tentang akhlak. Padahal fisika maupun kimia kalau diajarkan dengan keimanan akan terbangun ikatan spiritualnya,” katanya.

Menurut Bagus, dalam hal ini, guru berperan memadukan antara keilmuan dan keimanan seseorang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya