SOLOPOS.COM - Gambaran ketika Galaksi Andromeda menabrak Bima Sakti. (Istimwa/NASA)

Fenomena alam terpancarnya Bima Sakti diharapkan bisa dilihat malam ini. Kenapa harus malam ini dan bukan malam-malam lain?

Solopos.com, SOLO — Lembaga Antariksa Nasional (Lapan) meminta masyarakat Indonesia untuk mematikan lampu malam ini, Sabtu (6/8/2016) pukul 20.00-21.00 WIB agar bisa melihat miliaran benda langit di gugus bintang atau galaksi Bima Sakti (Milky Way). Lalu, tahukah Anda kenapa harus malam ini dan bukan malam lainnya?

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Jika ada yang menyangka gugus bintang itu tak bisa dilihat pada malam-malam lainnya, maka bukan itu jawabannya. Gugusan bintang itu bisa terlihat di mana pun di muka bumi, khususnya daerah sekitar ekuator, selama tidak ada yang mengganggu pandangan manusia. Gangguan itu bisa berupa polusi cahaya, awan, atau kabut yang menutupi langit.

Jika tak ada awan atau kabut, seharusnya benda-benda langit yang redup itu bisa terlihat jelas. Namun karena makin banyaknya cahaya lampu khususnya di perkotaan, cahaya bintang-bintang yang redup itu kalah.

“Pemandangan tersebut kini sudah langka terjadi di banyak wilayah perkotaan dunia karena makin parahnya polusi cahaya. Polusi yang dimaksud adalah bertaburannya cahaya lampu perkotaan yang menyebabkan langit tampak terang, sehingga mengalahkan cahaya bintang,” sebut Lapan dalam siaran pers, Rabu (3/8/2016) lalu.

“Milyaran gugus bintang yang redup seperti Sungai Perak — Gingga (bahasa Jepang), Jalur Susu — Milky Way (bahasa Inggris), atau Selendangnya Bima Sakti (nama galaksi kita dalam bahasa Indonesia), seakan menghilang dari pandangan karena kalah oleh polusi cahaya tersebut.”

Apalagi, kini di mana-mana bertebaran lampu-lampu merkuri. Maka tidak heran jika para pemburu foto benda langit dan astronom amatir harus mengungsi ke Kepulauan Seribu atau tempat-tempat yang nyaris gelap gulita.

Kebetulan, bulan tidak akan terlihat pada Sabtu malam ini. Malam ini juga menjadi momen menarik karena kita bisa menyaksikan planet Mars dan Saturnus yang bersanding dengan bintang Antares, raksasa merah yang dikenal sebagai salah satu bintang terbesar yang teramati manusia.

“Sehubungan dengan itu, musim kemarau yang terjadi pada Bulan Agustus berpeluang tinggi untuk mengamati langit cerah bertabur bintang, asalkan dengan melakukan kampanye [mematikan lampu] tersebut.”

Satu hal lagi yang mendukung pemandangan malam ini adalah momen puncak musim kemarau sehingga besar peluang bagi langit untuk tidak tertutup awan. Banyaknya keistimewaan itu membuat Lapan mencanangkannya sebagai Hari Keantariksaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya