SOLOPOS.COM - Salah satu taman cerdas di Solo. (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Fasilitas umum Solo berupa taman bermain untuk anak dinilai masih kurang memenuhi kebutuhan.

Solopos.com, SOLO – Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Solo menyoroti fasilitas taman bermain untuk anak masih kurang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka menyebut idealnya satu kelurahan ada satu taman bermain yang dikelola masyarakat.

Pegiat Spek-Ham, Iwan Muharawan, menilai Solo yang juga mengejar predikat Kota Layak Anak (KLA) masih kurang memiliki fasilitas taman bermain.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebab, taman itu belum dibangun di semua wilayah terutama di sekitar permukiman warga miskin. Tempat-tempat bermain dan belajar yang ada saat ini lebih banyak dijangkau oleh masyarakat menengah ke atas.

“Meskipun sudah ada beberapa taman bermain untuk anak di Solo, tetapi saya rasa masih kurang. Setidaknya satu kelurahan ada satu taman bermain. Tapi dilihat juga kebutuhannya. Jangan sampai itu hanya sekadar program pemerintah sehingga tidak dimanfaatkan secara maksimal,” katanya saat dihubungi, Rabu (14/10/2015).

Hal itu berbeda dengan program Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang mendorong pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di dekat permukiman warga, terutama warga miskin. RPTRA itu berperan sebagai community center bagi masyarakat sekitar.

Proses pembangunan RPTRA juga melibatkan masyarakat. Bahkan, perawatan taman juga dilakukan oleh masyarakat di sekitar RPTRA dengan koordinator dari ibu-ibu PKK.

Saat ini sudah ada sejumlah RPTRA yang dibangun, sedangkan target akhirnya, Jakarta akan memiliki 306 taman pada 2017. Fasilitas yang terdapat di dalam taman bermain diupayakan memenuhi 31 indikator kota layak anak.

Sementara, menurut Pegiat Sahabat Kapas, Dian Sasmita, Solo sudah memiliki fasilitas serupa dengan RPTRA dengan nama taman cerdas. Namun, jumlahnya masih terbatas di beberapa wilayah.

Ia menyatakan yang menjadi tantangan Solo adalah bagaimana bisa menghadirkan ruang bermain di setiap kelurahan tanpa perlu ada embel-embel taman cerdas.

“Ruang kreativitas anak bisa memanfaatkan ruang kosong. Lalu, ruang bermain tidak sebatas hanya tersedia lahan, tetapi harus dibangun mekanisme untuk pengelolaannya yang melibatkan warga sekitar dan stakeholder,” tutur dia, Rabu.

Keterlibatan warga tersebut, lanjut dia, misalnya dari komunitas mahasiswa atau pemerhati anak lainnya. Ia berharap jika ada sinergi dari semua pihak, taman bermain atau sejenisnya bisa hidup dan bermanfaat untuk anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya