SOLOPOS.COM - Fajar Satriadi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Fajar Satriadi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Setelah sukses memerankan Raden Mas Said lewat drama tari Matah Ati, Fajar Satriadi akan kembali naik panggung lewat drama tari Romansa Ariah.  Kisah legendaris perjuangan tokoh pejuang perempuan asal Betawi yang berani melawan pemerintahan Belanda ini, akan dipentaskan saat puncak perayaan ulang tahun hari jadi Ibukota di jantung Kota Jakarta, Tugu Monas, Jumat-Minggu (28-30/6/2013).

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Romansa Ariah disutradari Atilah Soeryadjaya.Selain menjadi sutradara, Atilah merangkap peran menjadi produser. Jay Subyakto kembali didaulat menggarap tata artistik pementasan yang digelar selama tiga hari ini.

Ditemui  Solopos.com di Pura Mangkunegaran,  Solo, akhir pekan kemarin,  Fajar Satriadi mengungkapkan dalam pertunjukan tersebut dirinya dipasangkan dengan penari asal ISI Solo, Ida Lala.

“Saya kembali jadi penari utama. Nanti acaranya diadakan di Monas. Pertunjukannya sendiri didukung dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,” katanya.

Kesalahan persepsi di masyarakat mengenai figur Ariah mendorong Fajar Satriadi tergerak kembali naik pentas dalam drama tari bersama Atilah dan Jay Subyakto.

“Dalam budaya Betawi, Ariah yang sering disebut Mariah atau Mariam itu tokoh penting. Tapi yang berkembang di masyarakat adalah cerita mistis Hantu Jembatan Ancol. Ariah itu tokoh penting. Perempuan yang mempertahankan kehormatannya. Bukan semata persoalan gender,” tandasnya.

Penggarapan drama tari ini, lanjutnya, menggunakan latar cerita saat penjajahan Belanda di Betawi pada periode 1869-1870. “Ibu Atilah dengan teman-teman ingin mengangkat kembali salah satu budaya Betawi. Semua orang nantinya berhak menginterpretasi cerita ini. Kami mengunakan penalaran cerita yang berbasis riset,” terangnya.

Fajar berharap Romansa Ariah bisa meninggalkan kesan yang mendalam seperti Matah Ati.   “Harapannya seperti itu,” pungkasnya.

Fajar memulai debutnya lewat drama Suropati, besutan koreografer Retno Maruti dan Sentot S. Empat tahun kemudian, Maestro Tari, Sardono W. Kusumo, mempercayainya menjadi Diponegoro lewat Opera Diponegoro.  Baru-baru, ia yang kembali dipercayai Atilah Soeryadjaya untuk memerankan karakter Raden Mas Said dalam Matah Ati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya