SOLOPOS.COM - Fahri Hamzah dan Fadili Zon yang selalu kompak dalam berbagai hal berseberangan dalam kasus Jl. Kemal Ataturk di Jakarta. (Detikcom)

Solopos.com, JAKARTA – Duo F yakni Fahri Hamzah dan Fadli Zon selalu seirama untuk semua hal, kecuali Jl. Mustafa Kemal Ataturk.

Wacana penamaan jalanan di kawasan Menteng, Jakarta, menjadi Jalan Mustafa Kemal Ataturk, itu memunculkan perdebatan antara Fahri Hamzah dan Fadli Zon.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dua mantan pimpinan DPR yang kerap kompak itu jadi tak seia sekata.

Semua bermula saat Fahri Hamzah di akun Twitter-nya, Kamis (21/10/2021), mengomentari unggahan Fadli Zon soal Jalan Muhammad Al Fatih di Jakarta dinilai lebih diterima daripada Kemal Ataturk.

Bagi Fahri Hamzah, pendapat Fadli Zon tidak pas.

Baca Juga: Tanggapi Cuitan Fadli Zon, Begini Respons Densus 88 

“Bro, bener ini Alfatih mau disejejerin sama Soekarno? Tukerannya kan itu? Kalau ane lihat nggak pas, Bro,” kata Fahri Hamzah.

Jalan Al Fatih di Jakarta, kata Fahri, lebih pas jika ditukar dengan Jalan Walisongo di Ankara, jika memang itu dilakukan.

Fahri Hamzah meminta Fadli Zon berbicara ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Gubernur Lu

“Jalan Alfatih di Jakarta vs Jalan Walisongo di Ankara pas lah. Ngomong ke gubernur sohib lu tu,” kata Fahri Hamzah.

Respons Fahri Hamzah ditanggapi Fadli Zon. “Di Ankara bisa Jalan Sultan Agung Hanyokrokusumo atau Jalan Pangeran Diponegoro,” ujar Fadli Zon di Twitter.

Fahri Hamzah juga berbicara penyandingan foto yang menurutnya Sukarno dan Mustafa cocok disandingkan, sedangkan Walisongo pas dengan Alfatih.

Baca Juga: Fahri Hamzah Ingatkan Jasa H.M. Soeharto 

“Sukarno-Mustafa (sama2 paki jas dan dasi). Walisongo-Alfatih (sama2 pakai sorban). Ini lebih pas jadi tukeran. Lagian tanya Turkinya mau nggak?” ujar Fahri.

Fadli Zon merespons celetukan Waketum Partai Gelora itu ‘tanya gubernur lu’ buntut perdebatan wacana Jalan Ataturk di Jakarta. Fadli Zon menjawab santai.

“Ya sekarang kan juga temennya (Anies), ya nggak apa-apa lah. Namanya usulan biasa tarik-menarik, tapi kan masyarakat melihat, saya kan bikin polling 96 persen memilih Al Fatih kan, ketimbang Ataturk kan berarti orang Indonesia mulai membaca sejarah,” kata Fadli kepada wartawan, Kamis (21/10).

Tergantun Masyarakat

Namun Fadli menyerahkan penggantian nama jalan itu kepada penilaian masyarakat.

Menurutnya, Al Fatih juga tidak kalah bersejarah dan lebih diterima masyarakat dibanding Ataturk.

“Jadi gagasan tentang penggantian nama Jalan Belanda di Ankara kemudian KBRI membangun bangunan baru di situ dan mengusulkan namanya diganti, supaya namanya adalah nama Sukarno. Kemudian, dari pihak Turki juga mau membuat nama jalan di Jakarta, menurut saya sebenarnya mana yang terbaik itu,” ujarnya.

“Kalau dibandingkan ya beda lah. Al Fatih itu kan penakluk Konstatinopel termuda umurnya 21 tahun, tapi itu kelihatannya diterima oleh masyarakat jadi bukan membandingkan apple to apple, tapi bagaimana akseptabilitas kan juga penting, jadi ya namanya mengusulkan kan boleh-boleh saja, ketimbang namanya Ataturk yang dianggap kontroversi,” lanjut Fadli.

Namun, terkait penggantian nama Sukarno di Ankara, Fadli lebih memilih Pangeran Diponegoro atau Sultan Agung.

“Kalau mau Sukarnonya diganti lebih cocok Pangeran Diponegoro atau Sultan Agung. Pangeran Diponegoro menurut saya bagus, karena Pangeran Diponegoro punya kaitan dengan Turki,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya