SOLOPOS.COM - Contoh pelaksanaan ewuh grubyukan. (Istimewa/youtube.com channel DSV SOTING)

Solopos.com, WONOGIRIGrubyukan merupakan tahapan upacara perkawinan sebelum pelaksanaan acara resepsi pernikahan di Wonogiri. Grubyukan berarti suatu tradisi tolong-menolong membantu pihak keluarga perempuan saat melaksanakan acara resepsi pernikahan.

Grubyukan dilakukan oleh keluarga calon pengantin laki-laki dengan mengikutsertakan kerabat keluarga, baik dari laki-laki maupun perempuan. Ewuh grubyukan berasal dari bahasa Jawa, yaitu ewuh yang berarti acara dan grubyukan yang berarti rombongan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ewuh grubyukan dilaksanakan ketika laki-laki akan menikahi perempuan dengan cara membawa rombongan yang jumlahnya sudah disepakati bersama antara kedua orang tua atau besan. Ewuh grubyukan dilakukan dengan mengantarkan calon pengantin laki-laki untuk melaksanakan ijab kabul.

Dilansir dari artikel berjudul Analisis Makna Simbolik Tradisi Ewuh Grubyukan pada Adat Pernikahan Ernis Jawa Wonogiri di Desa Sido Mulyo batumarta VII Kec. Madang Suku III OKU Timur oleh Agustin Eka Valentin, Bianca Virgiaba, dan Darwadi MSS pada 2021, ewuh grubyukan juga dilaksanakan membantu meringankan biaya pernikahan.

Dalam prosesi grubyukan, terdapat tiga amplop tertutup yang akan diberikan oleh pihak pengantin laki-laki kepada pihak pengantin perempuan.

Baca Juga: Susuk Wangan, Daya Tarik Wisata di Air Terjun Girimanik Wonogiri

Pertama adalah amplop grubyukan berisi uang hasil yang dikumpulkan dari para rombongan yang diberikan orang tua pengantin perempuan. Kedua, amplop toto negoro yang berisikan uang dari orang tua pengantin laki-laki aparatur desa di mana calon pengantin wanita tinggal sebagai bentuk rasa menghargai karena diterima di desa tersebut.

Ketiga, amplop urun serakah di mana amplop ini diberikan kepada orang tua pengantin perempuan untuk kebutuhan dapur.

Tiap prosesi ewuh grubyukan memiliki maknanya masing-masing. Salah satunya mengenai syarat pelaksanaan ewuh grubyukan, yaitu jenang atau wajik. Jenang atau wajik bermakna sebagai mujahadah perjuangan hidup suami istri dalam kehidupan rumah tangga.

Ewuh grubyukan juga dilaksanakan menjalin silaturahmi antara keluarga dan masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi tentunya terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, syarat-syarat tersebut di antaraya jadah, pisang raja, lemper, wajik, dan sepasang ayam jago.

Baca Juga: Seni Pertunjukan di Wonogiri Diusulkan Jadi Sektor Unggulan, Bisa?

Tradisi ewuh grubyukan sudah diwariskan secara turun-temurun. Tujuannya, baik untuk rasa tolong menolong, kebersamaan, serta perjuangan suami istri yang sudah berumah tangga agar tetap bersama dalam keadaan apapun.

Selain itu, mempelai dapat meminta kepada Tuhan mengenai pernikahan agar tidak putus asa dan merekatkan diri satu sama lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya