SOLOPOS.COM - MEMRIHATINKAN -- Presiden Lithuania Dalia Grybauskaite (kiri) memegang tangan mantan perdana menteri yang juga pemimpin oposisi Ukraina, Yulia Tymoshenko yang dijenguknya di sebuah rumah sakit di Kharkiv, Ukraina, beberapa waktu lalu. Pelaksanaan Euro 2012 dibayangi masalah politik berupa pemenjaraan dan perlakuan terhadap Tymoshenko yang dinilai tak manusiawi yang memicu kecaman keras dari negara-negara Eropa lain. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

MEMRIHATINKAN -- Presiden Lithuania Dalia Grybauskaite (kiri) memegang tangan mantan perdana menteri yang juga pemimpin oposisi Ukraina, Yulia Tymoshenko yang dijenguknya di sebuah rumah sakit di Kharkiv, Ukraina, beberapa waktu lalu. Pelaksanaan Euro 2012 dibayangi masalah politik berupa pemenjaraan dan perlakuan terhadap Tymoshenko yang dinilai tak manusiawi yang memicu kecaman keras dari negara-negara Eropa lain. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

PARIS –Ajang olahraga ternyata masih tak bisa dipisahkan dari politik. Pemerintah Prancis misalnya, menyatakan bakal memboikot pelaksaan Euro 2012 di Ukraina sebagai bentuk protes atas perlakuan tak manusiawi dan pemenjaraan terhadap mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Uni Eropa sebelum ini sudah menyatakan keprihatinan atas nasib Tymoshenko yang kini menjadi pemimpin oposisi. Namun perhimpunan negara-negara Eropa itu gagal menyepakati sikap boikot bersama terhadap Ukraina yang bersama Polandia menjadi tuan rumah Euro kali ini. Sikap boikot hanya bermunculan dari sejumlah negara seperti Belanda yang menyatakan takkan mengirimkan pejabat negara atau politik ke Ukraina sebagai perwakilan resmi.

“Takkan ada anggota pemerintahan yang pergi ke Ukraina saat kejuaraan Eropa,” tegas Menteri Olahraga Prancis, Valerie Fourneyron di sela-sela pertandingan persahabatan Prancis-Serbia semalam. “Keputusan ini diambil berdasarkan kondisi Ny Tymoshenko,” imbuhnya. Namun ditegaskannya pula, tim nasional Prancis tetap akan tampil dalam turnamen paling bergengsi antarnegara Eropa itu.

Yulia Tymoshenko beberapa kali mengeluhkan bahwa dia dianiaya dan kesehatannya merosot drastis sejak dipenjara Okotber silam. Penahanan mantan perdana menteri itu menurut Uni Eropa lebih didasarkan pada masalah politik dan bukannya hukum. Tymoshenko, lawan utama Presiden Viktor Yanukovich, dihukum penjara tujuh tahun atas dakwaan menyalahgunakan wewenangnya sebagai perdana menteri saat mengegolkan perjanjian jual beli gas dengan Rusia tahun 2009. Meski dia membantah keras semua dakwaan, pemerintah Ukraina bahkan menambahkan lagi sejumlah dakwaan baru seperti pengelakan pajak dan pembunuhan berencana.

In an interview with Britain’s BBC News on Thursday, Yanukovich said he was aware that Tymoshenko’s case could hinder Ukraine’s integration into the EU.

But he said the legal process was still ongoing.

“We have approached foreign lawyers… they will carry out a legal audit of Tymoshenko’s case. Very soon we will hear their findings,” he said, but did not elaborate.

Tymoshenko remains in prison in the city of Kharkiv, one of the Euro 2012 venues, and is on hunger strike in protest at what she said was an assault by prison guards, an allegation denied by the prison administration.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya