SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Di dalam bahasa Alkitab, etika surgawi disebut juga sebagai tahbisan dan itu merupakan suatu aturan etika yang berlakunya ditetapkan dan diresmikan oleh Allah. Ada yang disebut sebagai tahbisan nikah surgawi yaitu suatu etika dalam hubungan nikah dan kekeluargaan menurut aturan Allah.

Di zaman ini banyak keluarga-keluarga Kristen yang hidup menyimpang dari etika surgawi, sehingga menimbulkan banyak masalah. Tanpa etika surgawi keluarga akan kacau, tidak memiliki tatanan, tanpa hirarki dan akibatnya suasana akan menjadi panas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ingatlah pada nas berikut Hai isteri tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri, sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. ( Efesus 5; 22-24 )

Dalam hidup nikah surgawi, Allah telah meresmikan dan menetapkan suatu hirarki supaya tercipta ketertiban. Keluarga adalah suatu cermin kecil dari suatu pemerintahan besar. Oleh
karenanya, keluarga yang hidup dalam etika dan tahbisan yang benar menurut pola surgawi adalah cermin  dari Kerajaan Allah.

Seperti tertulis dalam Efesus 5, maka seorang suami bagi istri, dan bapak bagi anak- anak adalah seorang raja dalam suatu kerajaan kecil yang disebut keluarga. Kemudian istri, orang terdekat dari suami adalah permaisuri bagi raja.

Kemudian anggota-anggota keluarga  yang lain adalah pejabat-pejabat yang masing-masing memiliki tugas dan hak tersendiri. Tuhan menghendaki supaya ada ciri dan teladan Kerajaan Surga. Allah menghendaki keluarga-keluarga  Kristen menjadi miniatur dari Kerajaan Surga. Keluarga menjadi Surga Kecilyang turun ke bumi seperti doa Tuhan Yesus.

Agar kerajaan keluarga bercirikan Kerajaan Surga maka harus ada hirarki dan etika berkeluarga. Seorang bapak atau suami adalah Sang Raja yang patut untuk dilayani, dihormati. Namun dalam kedudukan ini dia juga memikul tanggung jawab yang berat untuk keselamatan segenap anggota keluarga. Mampu menjadi pelindung dan pengayom bagi keluarga. Inilah posisi sebagai suami menurut Efesus 5; 22-33.

Dalam keluarga ada pula istri yang berkedudukan sebagai permaisuri. Dia juga memiliki hak dan tanggung jawab khusus sebagai seorang permaisuri yang tidak bisa digantikan oleh orang lain.

Etika kurang tepat  Oleh karena muslihat Iblis,zaman sekarang banyak keluarga yang hidup tanpa tahbisan atau etika. Hidup berkeluarga tidak menurut hierarki dan etika Alkitab. Akhirnya keluarga rusak  dan kacau bagaikan suasananeraka. Ini semua akibat dari posisi- posisi jabatan/tahbisan yang ditentukan Allah dikacaukan dan dilanggar.

Misalnya seorang istri yang mengambil tempatnya suami. Mungkin dalam penglihatan sepintas, keluarga semacam ini berjalan juga. Namun di balik itu sesungguhnya  keluarga itu mengalami kegagalan, karena berjalan tidak sebagaimana mestinya.

Salah satu sisi negatif dari penjungkirbalikkan tahbisan ini adalah timbulnya kejahatan-kejahatan. Bila  direnungkan ternyata sangat banyak kejahatan yang terjadi karena kesalahan tahbisan.

Pdt Peter Budi Surasa
Pembina Pelayanan
Harvest Ministry

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya