SOLOPOS.COM - Ilustrasi Hari Kartini. (Freepik)

Solopos.com, SOLO Raden Ajeng (RA) Kartini dikenal sebagai wanita berpikiran moderat pada masanya, lalu bagaimana pandangannya soal agama? Ya, Kartini tak hanya bicara soal emansipasi wanita melainkan juga soal keyakinan.

Diketahui RA Kartini merupakan penganut agama Islam. Kendati demikian pada zamannya Kartini adalah pemeluk Islam dalam keadaan yang masih sangat sederhana. Tidak seperti saudara-saudara laki-lakinya yang memperoleh pendidikan pesantren, Kartini sama sekali tidak mendapatkan pelajaran agama secara ilmiah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati pemeluk Islam, dalam surat-suratnya tampak dan jelas bahwa jiwa RA Kartini sedang bergolak dalam memahami kebenaran agama (Rosyadi, 2010: 77-78). Bahkan tidak jarang dia mengkritisi ajaran agamanya, salah satunya tentang poligami.

Ekspedisi Mudik 2024

Setahun Lalu, KRI Nanggala Tenggelam di Kawah Misterius

KRI Nanggala-402 hilang kontak pada Rabu (21/4/2021) saat melakukan latihan penembakan torpedo di Laut Bali bersama 53 awaknya. KRI Nanggala kemudian dinyatakan tenggelam pada Sabtu (24/42021) oleh TNI AL setelah ditemukannya puing-puing yang diduga berasal dari kapal selam tersebut.

Baca Juga: Setahun Lalu, KRI Nanggala Tenggelam di Kawah Misterius

Kronologi tenggelamnya kapal selam itu dimulai saat KRI Nanggala meminta persetujuan pada Rabu (21/4/2021) pukul 03.00 WIB untuk menyelam dan menembakkan Torpedo SUT. Pada pukul 04.00 WIB, KRI Nanggala memasuki tahap penggenangan tabung torpedo. Komunikasi terakhir dilakukan pukul 04.25 WIB ketika komandan gugus tugas latihan memberikan persetujuan bagi Nanggala untuk menembakkan torpedo nomor 8.

Makam Tan Ang Lo, Jejak Sejarah Geger Pecinan di Sukoharjo

Tan Ang Lo merupakan warga Tionghoa yang gugur dalam pertempuran melawan VOC saat terjadi Geger Pecinan pada 1742. Geger Pecinan merupakan peristiwa penting dalam sejarah yang melatarbelangi lahirnya Kota Solo. Karena Geger Pecinan, Keraton Kartasura hancur oleh serangan pasukan gabungan antara warga pribumi dan warga Tionghoa atau China.

Baca Juga: Makam Tan Ang Lo, Jejak Sejarah Geger Pecinan di Sukoharjo

Setelah Keraton Kartasura runtuh, Pakubuwono (PB) II kemudian menggelar kirab Boyong Kedhaton untuk memindah ibu kota Mataram dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745.

Tiga berita di atas merupakan konten yang bisa diakses secara premium di layanan Espos Plus. Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya