SOLOPOS.COM - Akun Youtube Baim Paula.

Solopos.com, SOLO — Baru baru ini beredar video viral guru yang memotong rambut siswi di sebuah sekolah dasar (SD). Guru tersebut terpaksa mencukur karena rambut anak SD tersebut penuh dengan kutu.

Video tersebut tersebar luas di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat sang guru awalnya menyisir rambut siswinya dan didapati kutu-kutu yang begitu banyak. Anak perempuan yang menggunakan seragam SD merah putih itu tampak duduk diam saja ketika gurunya membersihkan kutu-kutu yang ada di rambutnya tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Melalui video itu, sang guru sebenarnya tidak bermaksud membuat kehebohan di jagat maya. Sang guru juga tidak menyangka jika video itu bakal viral hingga akhirnya mendapat respons dari selebriti, Baim Wong. Berita selengkapnya bisa dibaca di Adab Bermedsos dan Sepenggal Kisah Baim Wong Bersama Siswi Berkutu di Karanganyar.

Bau wangi sambal terasi dan lele goreng menggoda perut saat melaju dengan sepeda motor di Jl Slamet Riyadi Kota Solo, Jawa Tengah, pada malam hari. Aroma harum yang menusuk hidung itu berasal dari trotoar yang dipadati penjual Pecel lele Lamongan dan nasi goreng. Mulai dari Flyover Purwosari hingga ke patung Slamet Riyadi di Gladak, ada lebih dari 10 warung tenda pecel lele yang ramai dikunjungi pelanggan.

Setiap warung tenda itu memiliki rezeki masing-masing, karena meski berdekatan lokasinya, tidak ada warung yang terlihat sepi. Semua pemilik warung sibuk melayani pelanggan yang menunggu pesanan diantarkan. Begitu dahsyatnya kuliner penguasa jalanan malam yang satu ini. Tetapi, meski begitu laris di luar kota, pecel lele menjadi pantangan bagi warga aslinya. Berita selengkapnya bisa dibaca di Pecel Lele Lamongan: Laris di Luar, Pantang di Dalam.

Baca Juga: Menteri Mesum

Bak daging di tengah roti apit secara jelas menggambarkan kondisi generasi sandwich yang dijepit atas-bawah oleh beban dari generasi di atasnya dan generasi di bawahnya. Beban itu harus ditanggungnya karena konsekuensi kegagalan finansial generasi terdahulu, alias orang tuanya.

Prastisian, 30, seorang pekerja asal Solo harus menanggung beban finansial kedua orang tua, dirinya sendiri, serta istri dan dua anaknya sejak lima tahun terakhir. Setiap bulan, ia harus mengirim sejumlah uang untuk ayah dan ibunya, yang telah berpisah, lantas menghidupi keluarganya sendiri.

Nominal kiriman uang itu untuk ibunya selalu sama, namun untuk ayahnya sedikit lebih kecil. Istrinya sudah memaklumi kondisi tersebut, mengingat ibunya tak lagi bekerja. “Kalau ayah ‘kan masih bisa bekerja, meski tak banyak. Kadang ibu minta kiriman lagi padahal baru dua pekan dikirim uang,” kata dia, kepada Solopos.com, Kamis (8/9/2022). Berita selengkapnya bisa dibaca di Dijepit Atas-Bawah, Beban Berat Generasi Sandwich Si Roti Apit.

Baca Juga: Siswi Hamil dan Melahirkan di Sekolah, Kerek Angka Pernikahan Anak

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya