SOLOPOS.COM - Kepala SMPN 2 Sragen, Suharsono, menjenguk salah satu siswa anggota Laskar Pelangi yang sakit di rumahnya yang terletak di Widoro, Sragen Wetan, Sragen, Rabu (28/9/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — SMPN 2 Sragen memiliki keistimewaan yang tak dimiliki oleh sekolah pada umumnya. Sekolah ini memiliki program bernama Espero Peduli. Nama Espero merupakan akronim dari esempe loro atau SMPN 2.

Espero Peduli ini merupakan bentuk kepedulian warga sekolah terhadap siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Melalui Espero Peduli, setidaknya ada delapan anak yang jadi asuhan. Bahkan kedelapan anak ini mendapat julukan Laskar Pelangi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Espero Peduli lahir pada 2014 sejak SMPN 2 Sragen masih dipimpin oleh Prihantomo yang kini jadi Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sragen. Program Ini masih berjalan hingga saat ini.

“Dalam perjalanannya memang muncul tenggelam, tetapi sampai sekarang masih berjalan. Espero Peduli ini merupakan gerakan sosial dengan mengumpulkan donasi sukarela dari guru dan siswa. Dana yang terhimpun digunakan untuk membantu siswa yang kurang mampu, seperti bedah rumah, bantuan jamban, bantuan listrik, dan seterusnya,” ujar Kepala SMPN 2 Sragen, Suharsono, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (28/9/2022) siang.

Baca Juga: Seribuan Siswa MAN 1 Sragen Tulis Puisi Tentang Toleransi

Donasi dilakukan dengan cara mengedarkan kotak sumbangan Espero Peduli ke setiap kelas, guru-guru, serta karyawan. Umumnya dilakukan di hari Jumat bertajuk Jumat Berkah. Kadang, donasi dilakukan pada momen tertentu, seperti saat hendak melakukan bedah rumah tidak layak huni salah satu siswa. “Saat itu para guru rela iuran Rp2.000 per orang untuk membantu,” ujar Suharsono.

Kini, Espero Peduli memiliki delapan anak asuh yang merupakan siswa SMPN 2 Sragen. Delapan anak itu dijuluki Laskar Pelangi. “Kami menunjuk salah satu siswa asal Widoro sebagai Presiden Laskar Pelangi itu,” ungkapnya.

Bocah Luar Biasa

Menurut Suharsono, anak laki-laki itu luar biasa. Ia tinggal bersama neneknya di rumah sederhana secara magersari. Anak yang kini duduk di Kelas VII itu setiap hari menjaga neneknya yang menderita stroke.

Neneknya tidak bisa jalan normal sehingga harus dibantu kursi roda. Namun kursi rodanya ternyata tidak bisa masuk rumah karena pintunya sempit.

Baca Juga: Lulusan SMA Kalahkan Sarjana dalam Seleksi Perangkat Desa Donoyudan Sragen

“Dulu, anak itu harus memasak untuk simbahnya sebelum berangkat sekolah. Awalnya, berangkat sekolah dengan jalan kaki. Kemudian ada tetangganya yang memberikan bantuan sepeda angin. Saat mendaftar ke SMPN 2 Sragen ini, yang mengantarnya kepala SD  tempatnya sekolah yang tak jauh dari rumahnya di Widoro,” jelas Suharsono.

Si anak itu sekarang sakit. Pihak sekolah berkoordinasi dengan Puskesmas Sragen Kota untuk membawa anak itu ke rumah sakit. Harapannya si anak segera sembuh dan bisa kembali menjaga neneknya.

“Saya tidak tahu di mana orang tuanya. Sejak kecil katanya sudah tinggal bersama neneknya. Kakeknya meninggal saat masih Kelas VI SD,” sambung Suharsono.

Dengan adanya Espero Peduli, menurut dia, anak-anak dari keluarga kurang mampu tak lagi minder dan tak ada bully dari teman-temannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya