Di sela-sela itu, mereka mempersiapkan boneka dengan kepala manusia yang dibuat mirip masing-masing mereka. Tujuannya, kepala boneka itu akan dipasang saat mereka melarikan diri, sehingga diharapkan bisa mengecoh petugas yang berkeliling setiap jam pada waktu malam, dari satu sel ke sel lainnya.
Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh
Taktik ini, bahkan dipuji sangat brilian oleh pihak FBI. Don Eberle, yang memimpin penyelidikan FBI terkait pelarian mereka, menggambarkan pelarian itu sebagai aksi yang cerdik. “Mereka memutuskan untuk membuat kepala boneka untuk ditempatkan di ranjang mereka, yang akan menggantikan mereka saat penjaga melewati (sel). Itu adalah saat lampu-lampu mulai dikurangi sehingga akan sulit untuk memastikan wajah, hanya kepala,” ujarnya.
Untuk membuat kepala boneka itu semirip mungkin dengan kepala manusia, salah satu dari Anglin bersaudara bekerja di unit pangkas rambut. Rambut-rambut potongan para napi yang berhasil dikumpulkan, dilekatkan di kepal aboneka untuk memberi sentuhan “sekstra realisme”.
Bonekanya, mereka buat dari campuran sabun, bubuk beton, dan cat curian. Salah seorang tahanan, Leon “Whitey” Thompson adalah salah satu dari banyak tahanan yang “membantu” pelarian mereka.
Thompson yang merupakan seorang seniman, banyak mengerjakan lukisan cat minyak yang dipajang di Alcatraz. Kepadanya, Morris bertanya tentang teknik pencampuran warna, untuk mendapatkan warna kulit manusia semirip mungkin.
“Saya mulai bertanya-tanya, mengapa dia begitu tertarik dalam warna daging dan kemudian saya mulai untuk menempatkan itu semua bersama-sama karena eh, mereka membutuhkan warna daging untuk kepala boneka,” terang Thompson. (Bersambung Bagian VIII)
Dari berbagai sumber
Bagian VI