SOLOPOS.COM - Antonia Ratih Andjayani di persidangan Jessica. (JIBI/Detik/Ari Saputra)

Es kopi berujung maut terus disidangkan. Kubu Jessica mendebat kesimpulan psikolog yang menyebut terdakwa berperilaku tak lazim.

Solopos.com, JAKARTA — Sidang lanjutan kasus es kopi berujung maut di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016), diwarnai perdebatan sengit antara penasihat hukum Jessica Wongso, Otto Hasibuan, dengan saksi ahli psikologi Antonia Ratih Andjayani. Otto mempertanyakan kesimpulan saksi ahli bahwa Jessica berlaku tidak lazim.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pertama, Otto mempertanyakan keaslian video yang dilihat saksi sekaligus menjadi dasar kesimpulan bahwa Jessica berpotensi memanipulasi gelas kopi. Otto mencecar Antonia soal dari mana asal video.

“ Diputar oleh polisi dan saya tidak mempertanyakan asli atau tidak. Saya percaya pada polisi, karena saya percaya, dan memberikan kepercayaan itu hak saya,” tukas Antonia menghadapi pertanyaan Otto.

Ekspedisi Mudik 2024

Otto pun membuat opini berdasarkan jawaban itu. “Jadi tidak diberitahu itu asli [atau tidak]? Itu jadi kesulitan, karena Anda bercerita dengan sesuai yang Anda lihat di CCTV, apakah sama dengan yang diputar di sini? Jadi susah bagi kita untuk menganalisis. Mendingan antara dengan jaksa dan Saudara saja itu,” katanya.

Otto kemudian mempertanyakan kesimpulan Antonia soal perilaku Jessica yang dinilai tidak lazim. Dia tak langsung mencecar pertanyaan soal itu, namun terlebih dulu mempertanyakan metode observasi yang dilakukan psikolog.

“Saudara pernah meneliti orang minum kopi?” tanya Otto. “Kalau penelitian tidak, tapi observasi ya, dilakukan setiap kali, karena saya sendiri sebagai pribadi yang sering di warung kopi,” jawab Antonia.

Menurut Antonia, observasi itu bisa dilakukan secara otomatis di banyak tempat, kepada banyak orang, dengan konteks waktu yang berbeda-beda. “Ini observasi langsung, bukan khusus untuk penelitian tertentu.”

“Oo, jadi Anda mengamati,” kata Otto. Hal ini tampaknya menjadi celah untuk mempertanyakan dasar kesimpulan tentang perilaku Jessica. Karena kesimpulan “tidak lazim” itu berdasarkan observasi, Otto pun bertanya soal parameter yang dipakai.

“Apa parameter yang anda pakai, untuk menganalisis orang duduk lama-lama, main gadget saat menunggu teman, hingga bisa membuat kesimpulan?” Antonia menjawab bahwa dasarnya adalah penelitian-penelitian tentang perilaku yang bisa menjadi rujukan.

Tapi Otto tak puas dan berupaya mendapatkan kata kunci “parameter” itu. “Saudara mengatakan pada umumnya orang lihat orang lain meninggal, Saudara bilang pasti [mereka] menolong, parameternya apa?” cecar Otto.

Menurut Antonia, dia berangkat dari teori psikologi perkembangan. “Bagaimana Harlock bicara fase pertumbuhan, saat mereka berperilaku sosial di awal, bagaimana itu terbentuk. Ketika berhubungan dengan bahaya, kematian, dorongan hidup, orang berusaha otomatis untuk berperilaku seperti itu, ada banyak teori kalau mau dihubungkan.

Otto mengikuti logika saksi ahli itu, namun masih mengajukan pertanyaan yang tak jauh-jauh dari mempertanyakan “metode” observasi. Saksi terus menjelaskan teori tentang autoresume. “Yaitu dorongan alami manusia, dengan hati nurani, saat berhadaoan dengan orang kesusahan, dia akan menolong. Itu ada sejak lahir dan tumbuh dan berkembang sesuai usianya.”

Setelah itu, Otto membelokkan pertanyaan ke soal batasan perilaku umum dan tidak umum. “Bagaimana paramaternya?” katanya. “Ini umum berlaku secara universal, saya tidak menggunakan statistik parameter, hal yang sangat lazim terjadi pada manusia.”

“Ada garis absolute?” tanya Otto. Tentu saja memang tak ada garis batas yang kaku atau parameter seperti yang dimaksudkan Otto itu.”Kenapa Anda membuat kesimpulan bahwa perilaku Jessica itu tidak lazim?” cecarnya lagi.

“Ini konteksnya dia berada bersama teman, sekali lagi teman! Berada di tempat yang sama, dalam situasi sama, ditambah catatan-catatan bahwa teman yang lama tak terhubung kemudian bersama lagi. Sehingga melihat apa yang terjadi pada Mirna, mengalami musibah di situ apapun penyebabnya, perilaku Jessica tidak umum,” tegas Antonia.

Otto ganti mempertanyakan bagaimana perilaku orang-orang yang berbeda dalam menyikapi kejadian luar biasa seperti tewasnya Mirna. “Dalam situasi yang sama, orang bisa melakukan halyang sama, ada variabel yang lain,” tanyanya.

“Bisa, tapi bukan pada umumnya,” jawab Antonia singkat.
“Kalau berbeda-beda semua, 5 orang masing-masing berbeda perilakunya, mana yang lazim dan mana yang tidak lazim. Jadi ukuran umum [dan tidak umum] itu apa?” tanya Otto.

Antonia menjawab ukurannya adalah norma sosial dan intinya tidak berdasarkan statistik yang rigid. Di sinilah celah baru bagi kubu Jessica. “Anda sendiri tadi yang bilang ada umum dan tidak umum,” balas Otto.

“Kita lihat aja di videonya, orang-orang di sekitarnya yang tidak kenal sekalipun berusaha menolong Mirna. Tapi dia malang menyingkir, ini yang saya sebut tidak lazim,” jawab Antonia.

Perdebatan soal parameter umum dan tidak umum ini berlangsung sangat panjang. Bahkan saat Antonia menjelaskan ketidaksigapan Jessica saat memesan air putih bagi Mirna yang kejang-kejang, Otto lebih memilih untuk meminta memutar video rekaman CCTV.

Di video itu, tampak Jessica sempat terlihat membantu Mirna saat berada di depannya. Otto pun langsung berkomentar. “Tadi Anda bilang Jessica tidak membantu. Nah itu apa yang dia lakukan? Tolong komentar yang jujur, Anda disumpah!” serang Otto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya