SOLOPOS.COM - Saksi yang juga sahabat Mirna, Hanie Juwita Boon (kanan), bersama sejumlah pegawai kafe Olivier mengikuti rekonstruksi kejadian kasus kematian Wayan Mirna Salihin dalam persidangan dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Rabu (27/7/2016). Kuasa hukum Jessica sempat mempertanyakan keberadaan sedotan yang dinilai merupakan salah satu fakta perjalanan sianida di kopi Mirna. (JIBI/Solopos/Antara/Yudhi Mahatma)

Es kopi berujung maut kembali disidangkan. Kali ini, ahli psikologi yang menjadi saksi menyebut Jessica berpotensi memanipulasi dua hal.

Solopos.com, JAKARTA — Jessica Kumala Wongso berpotensi memanipulasi dua hal, yaitu gelas kopi yang diminum Wayan Mirna Salihin, dan informasi kepada temannya. Hal itu diungkapkan oleh saksi ahli psikologi yang pernah memeriksa kejiwaan Jessica beberapa waktu lalu, Antonia Ratih Andjayani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di depan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016), Antonia memaparkan beberapa analisisnya terhadap Jessica. Salah satunya adalah pengamatannya terhadap video rekaman CCTV yang diambil dari Olivier Cafe saat kejadian.

“Terdakwa berpotensi memanipulasi gelas kopi korban wayan Mirna Salihin pada pukul 16.25-16.33 WIB berdasarkan analisa video,” kata Antonia.

Psikolog kemudian juga mengaitkan kepribadian Jessica dengan sikapnya yang cenderung pasif saat Mirna mengalami kejang-kejang setelah minum es kopi Vietnam. Menurut Antonia, tidak terlihat Jessica menampilkan keinginan untuk menolong temannya itu.

“Insting dasar manusia, kalau kita masuk ke perilaku menolong orang kalau melihat orang kesusahan. Kalau kita meilihat kejadian seperti itu, ada pertolongan tanpa pamrih. Apakah dia [Jessica] punya kemampuan melakukannya? Iya. Tapi apakah dia terlihat di video [hendak melakukannya]? Dia tidak menampilkan [insting menolong] itu,” jelas Antonia.

Antonia tak menjawab dengan lugas saat diminta menyimpulkan perilaku Jessica itu terkait pembunuhan. “Potensinya ada. Bukan tuduhan, tapi karena ketika di waktu tersebut, orang yang paling mungkin dilihat bisa memanipulasi gelas adalah dia.”

Itikad untuk menolong juga disebut tidak tampak saat Jessica meminta air putih ke bar setelah Mirna kejang-kejang. “Dalam situasi urgen, itu tidak tampak. Saat masuk RS, menuju UGD, juga tidak tampak. Tapi soal motif, itu hanya yang bersangkutan yang tahu dan di luar kemampuan saya.”

Kesimpulan adanya manipulasi juga muncul saat jaksa menanyakan soal pernyataan Jessica saat berkomunikasi dengan korban sebelum kejadian bahwa dirinya masih berada di jalan. Padahal saat itu dia sudah berada di kafe.

“Apakah wajar apabila seseorang janjian yang ngajak di tkp, tapi bilang sama temannya masih di jalan?” tanya jaksa.

“Menjadi tidak benar karena berarti ada manipulasi informasi pada teman, kalau mau digali motifnya, perlu digali [lebih jauh]. Orang masih bisa seperti itu, tapi dalam pertemanan yang murni pertemanan, orang cenderung tidak memanipulasi, dia akan bilang apa adanya,” jelas Antonia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya