SOLOPOS.COM - TKI asal Ngawi, Erwiana yang masuk daftar 100 orang berpengaruh versi majalah Time. (Time.com)

Solopos.com, SRAGEN — Pengakuan terhadap Erwiana Sulistyaningsih, 23, sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Time menjadi sebuah kejutan bagi Erwiana dan keluarganya. Namun dia tak bisa menghadiri gala dinner yang digelar Time di Amerika Serikat pada Kamis (29/4/2014) lalu karena satu hal, yakni tak ada biaya.

Kisah penderitaan selama berbulan-bulan akibat kekerasan yang diterima tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Ngawi, Jawa Timur, itu memang berbuah pengakuan. Erwiana pun mengaku senang masuk dalam daftar tersebut bersama nama tenar dunia seperti Presiden Amerika, Barack Obama, serta Presiden Rusia, Vladimir Putin. “Tidak mengira sebelumnya,” ungkap Erwiana saat ditemui wartawan di sela-sela pemeriksaan oleh tim penyidik Hong Kong di Mapolres Sragen, Rabu (7/5/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lantaran masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh, Erwiana pun berkesempatan untuk hadir dan bertemu berbagai tokoh dunia dalam gala dinner yang digelar majalah Time di Amerika, 29 April 2014 lalu. Namun, Erwiana memilih tak hadir dalam acara tersebut lantaran tak ada biaya. “Hanya diundang untuk hadir di sana. Sebenarnya kalau ada yang membiayai ya siap,” tutur dia.

Ekspedisi Mudik 2024

Erwiana pun hanya berharap ada perhatian lebih dari pemerintah termasuk badan dunia kepada para buruh migran. Disampaikannya, kasus kekerasan yang ia alam menjadi pelajaran bagi dirinya serta para buruh migran lain. “Kalau mau kerja ke sana [jadi TKI] harus mengerti hukum dan budaya di sana. Kalau ada masalah lapor ke polisi. Harus berhati-berhati, jangan sampai buta hukum,” ungkap wanita kelahiran 7 Januari 1991 tersebut.

Disinggung niatan untuk kembali menjadi TKI, Erwiana mengaku kapok. Dirinya lebih memilih untuk bekerja di Indonesia serta melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. “Selama ini ya di rumah saja. kalau saya inginnya bekerja dan kuliah. Banyak tawaran untuk membiayai kuliah. Tetapi belum dijawab,” ungkapnya.

Koordinator Asosiasi Buruh Migran Indonesia, Karsiwen, menyampaikan kasus penganiayaan yang dialami Erwiana menjadi perhatian utama kepolisian Hong Kong untuk diselesaikan setelah para TKI menggelar aksi besar-besaran. “Kami menggelar aksi besar-besaran ke kantor polisi. Karena saat ini polisi tidak menjeniskan kasus ini sebagai kriminal,” urai dia.

Sementara itu, ayah Erwiana, Rahmad, membebaskan anaknya untuk tetap melanjutkan kerja atau kuliah. “Yang penting tidak ke sana [jadi TKI] lagi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya