SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak bermain gadget (Freepik).

Solopos.com, SOLO— Berbagai kemudahan yang ditawarkan di era digital bukan berarti tidak ada hal yang harus dipertaruhkan. Salah satunya mengenai kesehatan mata.

Sementara di era saat ini, anak juga dihadapkan dengan kondisi dimana mereka harus berinteraksi dengan perangkat digital. Lalu seperti apa sebaiknya langkah yang harus dilakukan untuk melindungi kesehatan mata anak-anak kita?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam bincang kesehatan yang digelar Solopos Media Group (SMG) bekerja sama dengan Rumah Sakit (RS) Mata Solo beberapa waktu lalu, telah membahas hal tersebut.

Acara itu menghadirkan dokter spesialis mata RS Mata Solo, Puty Lestasi, dan dipandu oleh Redaktur Pelaksana SMG, Syifaul Arifin. Acara dengan tema Mata Sehat, Anak Hebat itu disiarkan langsung di Youtube Espos Live pada Jumat (15/7/2022).

Diketahui, pandemi yang sudah berlangsung sekitar dua tahun lalu secara tidak langsung telah merubah berbagai macam hal dalam kehidupan. Termasuk beberapa perubahan di bidang pendidikan.

Baca Juga: Bengawan Solo Travel Mart Ditarget Cetak Transaksi Rp2 miliar

Jika dulu sebelum pandemi para pelajar menjalani sekolah di kelas atau pembelajaran tatap muka, kini lebih sering dilakukan secara online atau daring. Dengan begitu intensitas anak untuk berinteraksi dengan perangkat digital, dalam hal ini gadget juga meningkat.

Di sisi lain, terlalu sering menatap layar gadget juga tidak baik untuk kesehatan mata. RS Mata pun memantau adanya kecenderungan penambahan pasien dari kalangan usia sekolah yang memiliki keluhan pada mata. Meski secara rinci belum dapat disebutkan, namun diperkirakan peningkatan keluhan mata minus pada anak mencapai sekitar 10%-15% dibandingkan sebelum pandemi.

“Untuk kasus gangguan mata terbanyak masih dipegang kasus katarak, glaukoma kemudian retinopati. Namun di era pandemi ini ternyata ada peningkatan untuk kasus-kasus tertentu seperti gangguan refraktif seperti miopia,” kata Puty.

Selain miopia, ada gangguan lain yakni astenopia atau mata lelah. Dia mengatakan banyak pasien datang ke RS Mata dengan keluhan mata lelah, mudah capek, kemudian ingin tidur terus, tidak kuat melihat cahaya dan sebagainya.

Baca Juga: Duh! Vaksinasi Booster Jateng Baru 24,1%, Ganjar Perintahkan Ini

Faktor Genetik

Dokter spesialis mata RS Mata Solo, Puty Lestasi dalam acara berbincangan dengan tema Mata Sehat, Anak Hebat itu disiarkan langsung di Youtube Espos Live pada Jumat (15/7/2022).(Tangkapan Layar Youtube)

Dokter spesialis mata RS Mata Solo, Puty Lestasi dalam acara berbincangan dengan tema Mata Sehat, Anak Hebat itu disiarkan langsung di Youtube Espos Live pada Jumat (15/7/2022).(Tangkapan Layar Youtube)

Menurutnya gangguan-gangguan itu bisa terjadi ketika  mata digunakan untuk melihat objek dari jarak dekat dalam durasi waktu yang panjang. Kondisi itu membuat mata bekerja berat sehingga menimbulkan gangguan miopia atau rabun jauh atau mata minus. Meskipun mata minus juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan.

“Saat di depan layar atau buku dalam durasi panjang, misalnya lebih dari dua jam secara non stop, itu bisa  menyebabkan mata lelah dan miopia,” kata dia.

Dalam penggunaan gadget, menurutnya sangat penting untuk mengatur durasi. Terlebih untuk kalangan anak-anak. Khusus untuk anak-anak usia di bawah 18 bulan, dia tidak merekomendasikan untuk melihat gadget.

Sedangkan untuk anak usia 2 tahun hingga 5 tahun agar hanya melihat gadget tidak lebih dari satu jam saja dalam sehari. Itu pun harus dengan pendampingan orang tua.

Baca Juga: Hati-Hati Lur! Leptospirosis Ditemukan di Boyolali, Total Ada 11 Kasus

Sementara untuk lebih mejaga kesehatan mata, perlu memperhatikan 20-20-20 rule. Maksudnya setiap 20 menit melihat layar gadget, mata harus diistirahatkan 20 detik, untuk melihat objek sejauh 20 kaki atau sekitar 6 meter.

“Kenapa anak sangat perlu diatur penggunaan gadgetnya? karena penggunaan gadget tidak hanya mempengaruhi kesehatan mata tapi perkembangan pertumbuhan mental. Ketika terlalu banyak melihat gadget akan berpenagruh pada kemampuan komunikasi,” jelas dia.

Pola 20-20-20 rule tersebut tidak hanya berlaku untuk anak, namun termasuk orang dewasa. Hal itu perlu dilakukan untuk mengindari computer vision syndrome.

Cara lain untuk menjaga kesehatan mata adalah dengan banyak melakukan aktivitas di luar ruangan. Hal itu perlu dilakukan agar bisa menangkap paparan sinar matahari. Sebab menurut penelitian, sinar matahari mampu mencegah miopia menjadi progresif.

Baca Juga: Selamat! dr. Didik Suprapto Jadi Ketua IDI Boyolali Periode 2022-2025

“Penelitian mengatakan kegiatan outdoor dapat mengurangi miopia sampai 30%. Jadi minimal melakukan kegiatan outdoor selama 90 menit dalam sehari. Tapi bukan memandang matahari secara langsung [cukup beraktivitas di luar ruangan saat ada sinar matahari],” kata dia.

Sementara ketika mata sudah mengalami miopia, maka menurut Puty, Langkah yang harus dilakukan adalah dengan melakukan koreksi maksimal pada mata.

“Maksudnya, anak harus diberi kacamata sesuai kebutuhannya. Ketika tidak dikoreksi maksimal atau dibiarkan saja, nanti akan terjadi mata malas atau ambliopia. Dimana mata yang secara struktur kondisi syarafnya normal, namun ketika distimulasi dengan kaca mata tidak bisa membaca 100% seperti orang normal.



Selain itu mengonsumsi makanan bernutrisi yang baik untuk mata juga perlu untuk menjaga kesehatan mata. Di antaranya ikan yang mengandung omega 3, sayur hijau dan buah berwarna-warni serta kacang-kacangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya