SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus corona varian delta plus. (Dok. Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Indonesia saat ini sedang menuju jalur jebakan pandemi (pandemic trap) yang semakin dalam, sementara pemerintah RI belum memiliki penanganan wabah secara terencana dan target yang jelas.

Pendapat itu disapaikan pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, melalui cuitan di akun Twitternya, @drpriono1. Dalam cuitan itu, Pandu me-mention akun Twitter Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pak @jokowi Indonesia sedang menuju jalur Jebakan Pandemi (Pandemic Trap) yg semakin dalam dan semakin sulit bisa keluar dengan lebih cepat. Respon kendali tak bisa dg tambal-sulam spt sekarang. Pilihannya hanya satu, kendalikan pandemi dg 3M, Tes-Lacak-Isolasi dan Vaksinasi,” tulis Pandu di Twitter seperti dilihat Jumat (30/7/2021).

Baca juga: Siap-Siap, 7 Juta Pekerja Industri di Jawa Segera Divaksin Covid-19

Ekspedisi Mudik 2024

Terkait cuitan tersebut, Pandu Riono saat dihubungi detik.com menjelaskan lebih lanjut alasan menyebut RI sedang menuju jebakan pandemi itu. Dia menyebut saat ini RI belum berhasil mengendalikan pandemi.

“Karena kan sampai sekarang kan kita belum berhasil mengendalikan pandemi, nggak beres-beres. Nggak ada tanda-tanda bahwa kita akan berhasil pakai cara apapun. Artinya kita bisa lama sekali baru bisa menyelesaikan pandemi. Jadi Pak Jokowi sudah berakhir masa jabatannya mungkin juga belum selesai,” kata Pandu Jumat malam.

Indonesia, kata Pandu, belum memiliki target dalam menangani pandemi. Dia menyebut cara RI dalam menangani pandemi menggunakan sistem tambal sulam.

“Karena masalahnya adalah kita nggak punya target. Kita mau mengakhiri pandemi itu kapan? Semuanya itu intervensinya tambal sulam. Ada kasus naik baru kita bikin PPKM darurat, padahal sudah bisa diprediksi bahwa kalau kita tidak melakukan pengetatan sejak awal maka akan terjadi peningkatan yang luar biasa,” katanya.

Baca juga: TNI Gelar Serbuan Vaksinasi Covid-19 Sasar Warga Binaan LP Klaten

Pandu mengungkit bahwa Indonesia sempat diingatkan soal varian baru Corona yang sudah membuat negara lain waspada. Namun nyatanya yang ditakutkan benar terjadi di Indonesia.

“Sudah diingatkan oleh WHO, semuanya ngasih tahu ‘ini Indonesia ada ancaman bahaya’. Pada waktu kejadian di India sudah diingatkan jangan sampai di Indonesia seperti di India. Ya kan lama-lama kita itu seperti berkubang di dalam pandemi, lubang pandemi yang luar biasa,” katanya.

Meluas ke Seluruh Pulau

Menurutnya, Indonesia semakin dalam masuk ke lubang pandemi. Terlebih penularannya bukan hanya di Jawa, tapi sudah meluas ke seluruh pulau di Indonesia.

“Kalau kita lihat sebaran Delta dari hasil surveilans genome itu sudah sampai Papua, di setiap pulau udah ada kasus yang dilaporkan hasil genome sequencing, tinggal nunggu ledakan aja. Satu persatu akan terjadi ledakan, seperti kita beberapa bulan yang lalu tidak mengantisipasi ketika kita menemukan di Jawa dan di beberapa wilayah di Indonesia,” paparnya.

Baca juga: Pentingnya Pemerintah Aktif Bermedia Sosial Biar Bisa Mendekat ke Masyarakat

Lebih lanjut, Pandu kemudian mencontohkan penanganan pandemi Corona yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden. Dia menyebut AS memiliki rencana yang sistematis dalam merespons pandemi.

“Amerika aja punya national response plan, ketika Presiden Joe Biden, sehingga ketika dia masuk dia implementasi. Yang tadinya berantakan banget di masa Trump sekarang sudah mulai keluar dari jebakan itu, walaupun ancaman jebakan tetap ada, tapi dia udah tahu cara-caranya gimana,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Indonesia dinilai harus memiliki rencana dan target dalam mengatasi pandemi. Dia mengkritik panitia yang dibentuk pemerintah dalam merespons lonjakan kasus.

“Kita harus mengantisipasi bahwa ini kalau kita tidak punya target, tidak punya agenda yang terencana, yang fokus sistematik kita akan… Muter-muter di situ aja. Kita terperangkap dalam situasi yang tidak pernah kita tahu,” ucapnya.

“Makanya saya bilang bikinlah national response plan, kerjakan sebagai pemerintahan langsung, jangan diserahkan ke panitia-panitia, nggak bisa kayak Luhut (Luhut Binsar Pandjaitan), begitu ada ini Luhut ditunjuk, itu kan responsif banget, bukan antisipasi,” imbuh Pandu.

Baca juga: 10 Berita Terpopuler : Sajian Dawet Kani Ala Milenial – Pasutri Sragen Ekspor Beras ke Arab

Pandu mengusulkan agar penanganan pandemi ini langsung di bawah komando Presiden Jokowi. Dia menyebut setiap kementerian harus berjalan dalam bidangnya masing-masing dalam menangani pandemi.

“Langsung (di bawah Jokowi) pemerintah kan di setiap departemen harus bergerak. Kalau kita tidak bisa mengatasi pandemi, pemulihan ekonomi tidak akan bisa dilakukan dengan baik. Begitu kita mau longgarkan naik lagi kasusnya, begitu pertumbuhan ekonominya udah mulai membaik kalah lagi dengan kasus yang sangat tinggi. Petakan lagi, jadi nggak sustain. Kita harus sustain,” kata dia.

Lakukan Supresi Penularan

Selain itu, Pandu mengatakan kasus Corona saat ini harus diturunkan ke level yang paling rendah. Salah satu caranya adalah melakukan testing, tracing, dan treatment (3T) secara masif.

“Saran saya adalah jadi kita harus turunkan ini sekarang sampai selevel serendah-rendahnya, terus dipertahankan, jadi kita supresi ini, jadi kita lakukan supresi penularan, terus kita sustain dan terus kita pertahankan untuk sustain itu, supaya nanti jangan ada lonjakan gelombang ketiga. Mungkin ada lonjakan tapi lonjakannya nggak setinggi yang sekarang,” ucapnya.



Dia meminta perlu ada fokus pengendalian penularan dengan masif melakukan pengetesan, pelacakan, dan perawatan.

Baca juga: Indonesia Teratas, Ini 10 Negara yang Warganya Paling Dermawan Sedunia

“Bukan bergerak di hilir, bukan menyiapkan rumah sakit, bukan menyiapkan ICU. Uang habis hanya untuk menyiapkan rumah sakit, tapi testing-nya yang menjadi prioritas tidak dilakukan, testing, lacak, isolasinya,” jelasnya.

Penerapan 3T, disebut Pandu sebagai primadona dalam penanganan pandemi Corona. Dia menyebut 3T harus dilakukan secara luas serta didukung oleh protokol kesehatan 3M, dan vaksinasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya