SOLOPOS.COM - Penumpang KRL di Stasiun Manggarai pada hari ketiga PPKM Darurat. (Suara.com-Yaumal)

Solopos.com, JAKARTA — Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat yang dicanangkan Presiden Joko Widodo sejak Sabtu (3/7/2021) lalu di Jawa-Bali dinilai epidemiolog tak cukup menjur mengendalikan pandemi Covid-19. Bahkan setelah sejumlah wilayah lain di luar Jawa dan Bali diberlakukan PPKM Darurat dinilai epidemiolog tak memberikan dampak signifikan terhadap angka penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Menurut epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman, PPKM Darurat belum mampu menekan positivity rate atau angka tingkat kepositifan yang sudah jauh melampaui batas maksimal dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebesar 5%. Angka positivity rate, Kamis (15/7/2021), berada di angka 30,6% atau jauh melonjak dari awal PPKM darurat yang tercatat sebesar 22,5%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain itu, angka reproduksi virus juga belum menunjukkan adanya penurunan. Masih stagnan di angka 1,3 juta seperti awal PPKM dua pekan lalu.

Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 Korsel Melonjak, Kambing Hitamnya Indonesia

Angka reproduksi yang masih melampaui 1 menandakan bahwa penularan virus belum terkendali dan kasus baru masih akan tumbuh secara eksponensial.

“Angka reproduksi yang masih stagnan ini mungkin jadi sisi positif dari PPKM darurat. Jika PPKM darurat ini dicabut atau ada pelonggaran bisa saja angka reproduksi naik dan kasus tumbuh signifikan. Tetapi hal itu juga harus diikuti oleh 3T [testing, tracing, dan treatment] dan penerapan protokol kesehatan ketat,” katanya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Jumat (16/7/2021).

Indikator lain yang memperlihatkan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum terkendali angka kematian harian yang terus mengalami peningkatan, bahkan sempat melampaui angka 1.000 kasus.

Baca Juga: Australia Siap Bantu Indonesia Kirimkan 2,5 Juta Vaksin Astra Zeneca

Kasus kematian yang terus meningkat juga menjadi pertanda bahwa penambahan kasus yang dilaporkan setiap harinya tak sesuai dengan kondisi sebenarnya.

“Angka kematian itu adalah indikator valid bagaimana keparahan pandemi di suatu wilayah atau negara. Sebenarnya ada satu kasus kematian saja itu menandakan bahwa ada masalah dalam pengendalian pandemi,” tegas Dicky.

Lebih lanjut, menurut Dicky kondisi sebenarnya penambahan kasus harian di Indonesia sudah melampaui 100.000 kasus sejak tiga pekan lalu. Hal itu dapat dilihat dari angka kematian yang dilaporkan setiap harinya dan tingkat kematian per 1 juta penduduk.

Naik Berlipat Ganda

Dicky memaparkan pada awal diberlakukannya PPKM tingkat kematian per 1 juta penduduk di Indonesia ada di angka 1,72. Adapun, pada Kamis (15/7), angka tersebut naik nyaris dua kali lipat di angka 3,36 per 1 juta penduduk.

“Kasus kematian dari 1.000 orang itu sebenarnya adalah kontribusi dari penambahan 120.000. Ada missing case dalam penanganan pandemi ini. Kasusnya tumbuh terus,” ungkapnya.

Lantas, bagaimana dengan puncak penambahan kasus Covid-19 di Indonesia? Dicky menyebut kasus harian akan terus meningkat sampai dengan awal Agustus 2021, setidaknya di pekan kedua. Tentunya angka penambahan kasus bisa ditekan dengan konsistensi pembatasan sosial dan kedisiplinan dari masyarakat.

Baca Juga: Dipakai Luas di Indonesia, Vaksin Sinovac Tak Dipercaya di Singapura

“Itu yang harus jadi kunci. Menambah kemampuan fasilitas kesehatan seperti menambah bed di rumah sakit itu perlu, tetapi bukan itu fokus utamanya. Sekalipun ditambah terus fasilitas kesehatan akan kewalahan terus apabila tidak ada upaya membendung dari hulu,” pungkasnya.

Sebelumnya, dalam konferensi pers tentang PPKM darurat beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menegaskan penganganan pandemi Covid-19 di Indonesia sangat-sangat terkendali. Bahkan, Jika ada pihak yang tak sepakat, dia siap menyodorkan data bahwa situasi Covid-19 di Indonesia terkendali.

“Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, sangat-sangat terkendali. Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya, nanti saya tunjukkin ke mukanya bahwa kita terkendali, jadi semua kita laksanakan,” katanya.

Baca Juga: Rayakan Kemerdekaan, 150 Orang Tewas Akibat Penembakan di AS

Namun, pernyataan tersebut secara tidak langsung telah diralat oleh Luhut sendiri. Pada Kamis (15/7/2021) dia justru mengatakan bahwa Covid-19 varian delta tidak tidak mudah dikendalikan. Dia juga memohon kepada semua pihak untuk memahami situasi yang terjadi di Indonesia saat ini.

“Bahwa varian Delta ini varian yang tidak mudah dikendalikan,” ujarnya.

Luhut mengutarakan hal tersebut setelah menjelaskan panjang lebar mengenai perkembangan PPKM darurat Jawa-Bali. Pada kesempatan yang sama dia juga menyampaikan kondisi terkini penanganan Covid-19, meliputi obat-obatan, oksigen hingga ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya