SOLOPOS.COM - Dokter Reisa Broto Asmoro bersama Achmad Yurianto sebagai Jubir Gugus Tugas Covid-19 Indonesia. (Instagram)

Solopos.com, JAKARTA -- Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, melontarkan kritik kepada pemerintah dalam penanganan Covid-19. Pandu menilai pemerintah tengah produktif membangun citra, belum serius dengan keamanan masyarakat.

“Konsep pemerintah saat ini produktif bukan aman. Negara kita belum serius membangun aman. Masalah keselamatan harusnya nomor satu,” ujar Pandu saat diskusi virtual Ngobrol Seru by IDN Times, Sabtu (20/6/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perempuan Telanjang di Surabaya Dokter Umum, Buka Praktik di Rumah

Kritik epidemiolog tak hanya kepada pemerintah dalam penanganan Covid-19, tapi juga sikap media. Menurut Pandu alasan ini yang membuat media terjebak untuk mengikuti arus isu yang dibawa oleh pemerintah.

Ekspedisi Mudik 2024

“Pemerintah membangun citra mereka bekerja, padahal hanya ngomong dan ngomong," ujar Pandu. Dia pun meminta publik dan media tetap kritis melihat langkah pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 yang kian mengganas.

Tukang Tambal Ban Dipeluk Dokter Telanjang di Surabaya: Saya Diajak

Pandu menilai media atau pers harusnya independen, jangan terpancing oleh pencitraan yang dibangun oleh siapa pun, yang kali ini dilakukan pemerintah. Epidemiolog rujukan nasional itu mengkritik penanganan Covid-19 pemerintah yang dinilainya tambal sulam.

"Pemerintah itu yang dilakukan adalah tambal sulam. Kalau ada isu-isu yang menggawatkan atau memperburuk citra pemerintah, akhirnya mereka mengatasi itu, bukan mengatasi pandemi,” terang Pandu.

Semarang Buka Objek Wisata Saat Covid-19 Melonjak, Wali Kota: Tak akan Kena!

Menurut Pandu saat ini pemerintah masih kedodoran dalam memilih respons yang tepat untuk menghadapi pandemi Covid-19. Menteri Kesehatan yang seharusnya memimpin pemerintah dalam penanganan Covid-19, menuai banyak kritik epidemiolog karena dinilai tidak memahami pandemi.

“Dari awal sudah kedodoran jadi diusahakan agar citranya tidak kedodoran.  Makanya, [Menteri Kesehatan] Terawan di-grounded, gak boleh ngomong lagi, dia kalau ngomong berbahaya sekali, karena sampai sekarang ini dia tidak mengerti tentang pandemi," ujar Pandu.

Pramugari Garuda Indonesia Pakai Face Shield, Maskernya?

Epidemiolog senior itu juga mengkritik seharusnya Menkes memimpin pemerintah merespons pandemi Covid-19 dan mengontrol kondisi rumah sakit. Itu termasuk memantau kondisi para dokter. "Dokter itu kan pasukan dia,” tuturnya.

Menurut Pandu kelemahan negara untuk mengatasi pandemi Covid-19 adalah dari sisi pengujian. Kapasitas tes yang masih tergolong minim di layanan kesehatan dan sampai sekarang masih sukar untuk dilakukan.

10 Kecamatan di Kabupaten Madiun Zona Merah Covid-19, Lainnya Oranye

Kritik Rapid Test

Epidemiolog alumnus Pittsburgh University itu juga mengkritik langkah pemerintah yang mengandalkan rapid test.

“Kelemahan rapid test tidak akurat karena memeriksa antibodi. Antibodi yang biasanya timbul seminggu atau sepuluh hari setelah terinfeksi. Hari ini harusnya [kita] memeriksa apakah orang itu membawa virus atau tidak sehingga kita bisa melakukan isolasi,” jelasnya.

Penambahan Kasus Positif Covid-19 Tembus 18%, Sembuh Cuma 3%

Selain itu, Pandu mengatakan pendekatan pentahelix yang kerap digaungkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kurang membuahkan hasil. Salah satunya pelibatan tokoh agama dalam dialog Covid-19 yang menurutnya belum tentu mewakili masyarakat keseluruhan.

"Karena masyarakat itu banyak sekali. Dia percaya pada pemimpin agama yang ini, itu. Variasi leader di masyarakat itu bisa salah, jadi biasanya sudah ada bias seleksi," ujar Pandu.

Terungkap! 30-an Tenaga Kesehatan Puskesmas di Semarang Positif Covid-19

Selain mengkritik pemerintah, epidemiolog yang juga pakar sejumlah wabah itu menyarankan komunikasi masyarakat dilakukan dari sel-sel terendah. Tujuannya agar pemerintah bisa langsung merangkul semua lapisan masyarakat dan tidak membeda-bedakan orientasi kepercayaan pada pemimpin.

"Lingkungan RW, desa, itu salah satu lingkungan masyarakat," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya