SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Foto: eharfoush.blogspot.com)

Ilustrasi (Foto: eharfoush.blogspot.com)

SOLO–Mau jadi salesman? Cukup banyak yang tidak mau mengiyakan untuk pekerjaan tersebut. Bahkan, untuk sedikit membanggakan diri, para sales itu kerap menyebut dirinya sebagai seorang marketing. Padahal, sales dan marketing itu punya definisi pekerjaan yang jauh berbeda. Tren yang muncul saat ini, para sarjana muda atau siswa yang baru lulus sekolah pun enggan dan menghindari pekerjaan sebagai sales dan marketing.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kondisi ini diakui sendiri oleh seorang The Champion Sales Trainer, Dedy Budiman MPd, saat mengisi agenda Deklarasi Komunitas Sales Indonesia (Komisi) Solo Balapan, di IT Mall Computer Center Point (CCP), Jumat (12/10/2012) malam. Dia adalah founder dari Komisi Indonesia yang saat ini rutin memberikan pelatihan dan motivasi kepada para sales. Sales bukanlah pekerjaan memalukan.

“Hampir seluruh sales itu malu mengaku dirinya sebagai sales. Mereka lebih suka menyebut marketing. Padahal sales dan marketing itu dua dunia yang berbeda. Berawal dari hal inilah saya membentuk Komisi,” kata Dedy.

Marketing, kata dia, berpikir mengenai konsep, mulai pemasaran, produk, harga, promosi dan sebagainya. Eksekusi penjualan, ada di tangan sales. “Memang, sales kesannya hanya sebagai tukang jualan dan tidak perlu pintar. Tapi, banyak pengusaha besar di Indonesia seperti Chairul Tanjung, mengawali kariernya dengan menjadi sales. Maka, jangan malu jadi sales.”

Dari survei yang dia lakukan di 7.000 siswa dan mahasiswa di Jakarta, semuanya enggan menjadi sales. Alasannya, imej sales jelek, tukang bohong dan pekerjaannya door to door. Kalaupun ada yang sudah jadi sales, mereka pun tidak lantas merasa bangga. “Lebih bangga bilang marketing.” Dia mengatakan, sales itu sama dengan profesi yang lainnya seperti dokter, polisi. Bahkan yang menarik dari seorang sales, mereka pintar dan ahli sebagai sales karena otodidak.

“Komisi punya visi agar para sales menjadikan profesinya sebagai profesi terbaik. Terbaik menurut diri sendiri.” Pemahanan ini harus ditanamkan, karena sales adalah modal untuk menjadi wirausaha. Mental, jaringan dan modal seorang wirausaha diperoleh saat menjadi seorang sales. Sales juga punya peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi daerah. “Harapannya kami juga bisa mendukung program pemerintah untuk menaikkan jumlah wirausaha menjadi 2% yang bermula dari profesi sales.”

Di Indonesia, lanjut Dedy, anggota Komisi sudah ada 2.000-an orang di 15 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Jogja, Riau, Medan, Lampung, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Bali dan terakhir Solo. Komunitas ini rutin meningkatkan kapasitas attitude, skill dan knowledge anggotanya.

“Dan biasanya, pengurus Komisi ini dipilih dari industri yang berbeda-beda, agar mereka para sales ini juga bisa membangun jaringan.”

Ketua Komisi Solo Balapan, Erianto menyampaikan agenda Deklarasi Komisi Solo Balapan bersama Dedy Budiman MPd itu diikuti 150-an sales dari berbagai kantor dan perusahaan yang ada di Solo. Mulai perusahaan asuransi, produk IT, otomotif, media dan hotel. Pada kesempatan tersebut, seorang pengusaha komputer Solo, Iwan Hermawan juga sempat berbagi pengalaman, bagaimana awal membangun bisnis komputer. Awalnya, dia juga hanya seorang sales.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya