SOLOPOS.COM - Embung Puring, Gendayakan, Paranggupito, Wonogiri kering sejak beberapa lama. Foto diambil belum lama ini. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Embung Puring di Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri sudah kering. Akibatnya, warga tiga dusun sekitarnya harus membeli air bersih.

Pantauan Solopos.com di lokasi, belum lama ini, tidak ada air yang tergenang di embung tersebut. Lantaran kering kerontang struktur beton dasar embung menjadi terlihat. Tanah di area sekitarnya juga kering.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Avanza Seruduk Tiang Listrik Usai Tabrakan dengan Vespa di Solo, Begini Kronologinya

Kepala Desa Gendayakan, Wonogiri, Heri Sutopo, menyampaikan setiap musim kemarau panjang Embung Puring selalu kering. Embung yang dibangun 1999/2000 itu berfungsi sebagai penampung air hujan selama penghujan.

Air yang tertampung dimanfaatkan lebih kurang 150 keluarga atau 320 jiwa warga tiga dusun sekitarnya, yakni Ngledok, Puring, dan Sidoasri saat kemarau. Pemanfaatan air khusus untuk konsumsi, mandi, dan keperluan ternak. Air embung dapat dimanfaatkan secara efektif selama lebih kurang enam bulan.

“Di embung ada sumur yang dilengkapi sistem penyaringan. Jadi, air yang masuk sumur sudah tersaring sehingga layak konsumsi. Warga mengambil air secara manual di sumur itu,” kata Kades saat dihubungi Solopos.com, Kamis (3/9/2020).

Kemarau sudah berlangsung lama, sehingga air embung mengering. Saat ini warga sekitar memenuhi kebutuhan air bersih dengan cara membeli seharga Rp150.000/tangki berkapasitas 5.000 liter. Harga air akan naik jika kemarau semakin panjang. Meski cukup mahal warga tetap membelinya karena air merupakan kebutuhan dasar.

“Saat bisa memanfaatkan air embung warga tak perlu membayar. Mereka bisa mengambil air secara gratis, asal tidak untuk mencuci mobil atau sepeda motor,” imbuh Kades.

Denda Tak Pakai Masker di Sragen Rp50.000 Diteken, Sosialisasi 2 Pekan Lalu Diterapkan

Dia melanjutkan kekeringan melanda Gendayakan setiap kemarau. Mayoritas warga mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Pasalnya, di Gendayakan tidak ada sumber air yang mudah dijangkau. Jika ada sumber air, letaknya di luweng atau sungai bawah tanah yang sangat dalam. Warga tak bisa mengangkat air secara manual. Butuh teknologi dan cara khusus untuk mengangkatnya.

“Kondisi ini sudah menjadi perhatian Pemkab [Pemerintah Kabupaten]. Bahkan, Pemkab sudah membangun instalasi untuk menyalurkan air bersih ke seluruh dusun. Insyaallah kebutuhan air bersih di semua dusun akan terpenuhi. Informasi yang saya terima, penyaluran airnya nanti dikelola PDAM [Perusahaan Daerah Air Minum],” ujar Kades.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya