SOLOPOS.COM - Warga memancing ikan di area embung di Dukuh Pungkruk, Desa Ngepringan, Kecamatan Jenar, Sragen, Kamis (31/10/2019). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno, mengaku sudah mendengar soal embung di Dukuh Pungkruk, Desa Ngepringan, Jenar, yang airnya tidak pernah kering meski musim kemarau sekalipun, Kamis (31/10/2019).

Dedy mengaku kagum dengan kondisi embung yang masih ada airnya itu meski wilayah sekitarnya panas dan gersang. Tapi di sisi lain dia merasa prihatin karena air yang tak pernah habis di embung itu belum dimanfaatkan dengan baik untuk produksi air bersih.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Di embung itu terdapat air baku yang bisa diolah untuk dikonsumsi. Kalau air itu bisa bertahan di musim kemarau seperti ini, berarti di situ ada sumber air yang lumayan besar. Ironisnya, tak jauh dari embung itu ada permukiman penduduk di mana warganya mengantre untuk sekadar mendapat bantuan air bersih,” ujar Dedy Endriyatno kala berbincang dengan Solopos.com pekan lalu.

Saat Polisi Wonogiri Jadi Korban Prank Para Pocil...

Keberadaan air baku di lahan kering itu menjadi tantangan Pemkab Sragen. Dedy juga berharap ada pihak ketiga yang bisa diajak kerja sama untuk mengelola air dari embung itu supaya bisa dikonsumsi warga sekitar.

Selama belum bisa disuling, air di embung itu hanya bisa dipakai untuk mengairi lahan pertanian atau untuk area memancing ikan.

Kondisi serupa juga terjadi di permukiman penduduk tak jauh dari Waduk Kedung Ombo (WKO) di Sumberlawang dan Miri. Meski air cukup melimpah, warga tidak berani mengonsumsi air itu.

Warga hanya memanfaatkan air itu untuk membudidayakan ikan keramba, mandi, dan mencuci. Warga tidak berani mengonsumsi air waduk itu karena sudah tercemar residu pakan ikan.

3 Hal Ini Jadi Fokus Bupati Sragen untuk Pembangunan Fisik 2020

“Tentu butuh dana yang tidak sedikit untuk mengubah air waduk supaya bisa dikonsumsi. Air waduk itu perlu di-treatment dahulu beberapa tahap. Ironis memang. Mereka tinggal di dekat waduk yang ada air, tapi mengalami krisis air bersih,” bebernya.

Dedy mengaku pernah melihat peristiwa tragis sekitar tiga tahun lalu di Tangen. Saat itu, Dedy yang kebetulan sedang ada kunjungan ke daerah itu mendapati ada warga setempat yang meninggal dunia.

Dia pun menyempatkan waktu untuk takziyah. Saat politikus PKS itu hendak menyalatkan jenazah, ia bingung karena kesulitan mendapat air wudu.

“Mau wudu saja tidak ada air. Jangankan untuk wudu, untuk memandikan jenazah saja tidak ada air. Kalau tidak bisa wudu karena tidak ada air masih bisa tayamum, kalau tidak ada air untuk memandikan jenazah bagaimana? Mau tidak mau, warga sekitar harus berusaha bagaimana caranya bisa mendapatkan air itu. Itu peristiwa tragis yang benar-benar terjadi tiga tahun lalu,” paparnya.

Kabar Duka: Adik Raja Solo PB XIII, G.K.R. Galuh Kencana, Meninggal Dunia

Ditemui di kantornya, Kamis (31/10/2019), Kadus I Desa Ngepringan, Padimin, mengaku belum mendengar kabar terkait rencana pengolahan air dari embung di Dukuh Pungkruk supaya bisa dikonsumsi. Dia dan warga sekitar akan senang sekali bila ada bantuan dari Pemkab Sragen atau pihak ketiga yang bisa membangun tempat penyulingan air di lokasi.

“Selama ini embung itu hanya dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian. Kalau tidak itu ya tempat mancing. Kebetulan cukup banyak warga yang memancing ikan di sana. Jadi, embung itu juga punya potensi wisata air yang bisa dikembangkan dan bisa membawa dampak positif bagi warga sekitar,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya