SOLOPOS.COM - Desi Ning Daruki, 35, seorang ibu rumah tangga (IRT) saat melihat burung murai miliknya di Morangan RT 001/RW 002, Karanganom, Klaten Utara, Klaten, Kamis (16/12/2021). Hasil beternak burung murai dinilai sangat menggiurkan. (Ponco Suseno/ Solopos.com)

Solopos.com KLATEN — Desi Ning Daruki, 35, seorang ibu rumah tangga (IRT) beranak tiga ini memilih beternak burung murai di rumahnya di Morangan RT 001/RW 002, Karanganom, Klaten Utara, Klaten sejak awal pandemi Covid-19.

Istri dari Albertus Widiawan Prasetyo, 36, ini mampu meraup pendapatan bersih hingga puluhan juta per bulan hasil dari beternak burung murai.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Desi mulai mengenal burung murai saat suaminya membeli satu pasang burung murai di awal tahun 2020. Waktu itu, suaminya yang memang dikenal sebagai pencinta hewan ditawari salah seorang temannya agar beternak burung murai.

Sejak saat tersebut, Desi membantu suaminya merawat burung setiap hari. Perawatan burung murai tergolong gampang-gampang susah. Desi harus mengetahui karakteristik dari burung murai.

“Yang paling penting dalam beternak burung murai itu adalah rutin memandikan setiap hari. Terus pakannya harus rutin dan jangan sampai terlambat [jangkrik dan kroto]. Selebihnya, harus dipahami apakah burung itu suka di tempat yang lembab atau kering. Jika burungnya memiliki anak, apakah suka ditotoli sendiri atau tidak?” kata Desi saat ditemui Solopos.com, di rumahnya di Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kamis (16/12/2021).

Desi mengakui kecintaan suami pada burung murai telah menular ke dirinya. Tak heran, dirinya juga secara total membantu suami selama beternak burung murai.

Agar burung memiliki nilai jual tinggi, Desi pun sering ikut suami mengikuti lomba gantangan burung. Hasilnya, burung murai yang diternaknya mampu menjadi langganan juara, baik di Klaten dan di luar Klaten. Hal itu mempengaruhi harga jual burung murai hasil ternaknya.

Baca Juga: Kedaireka UNS Mendorong Klaster Ternak Kambing Perah di Gemolong Sragen 

“Suami itu suka sekali dengan mobil Honda Civic. Makanya, burung murainya dinamai Civic. Ada juga nama lain, seperti Genio dan lainnya. Burung bernama Civic itu sudah dikenal di kalangan pencinta burung di Klaten. Beberapa waktu lalu, baru saja ada yang menawar Rp100 juta. Tapi belum kami lepas,” katanya.

Desi mengatakan saat sekarang sudah memiliki 11 pasang burung murai. Lantaran berkembang pesat, Desi telah menyerap tiga tenaga kerja di lingkungan rumahnya. Setiap bulannya, Desi mampu menjual beberapa ekor burung murai.

“Harga paling murah dari burung murai ini senilai Rp7 juta. Dalam satu bulan, pendapatan bersih sudah lumayan. Bisa di atas Rp10 juta. Beternak murai ini masih sangat prospektif ke depannya,” katanya.

Parmadi, 60, selaku ayah mertua dari Desi mengaku sangat mendukung usaha yang digeluti anaknya tersebut. Terlebih, keuntungan yang diperoleh dari beternak burung murai sangat menggiurkan.

“Saya mendukung penuh. Harga burung murai bisa naik karena ada lomba-lomba itu [gantangan],” katanya.

Salah seorang pekerja di peternakan burung murai milik Desi, yakni Cahyo Kurniawan, mengatakan burung murai bernama Civic milik Desi mampu menirukan suara burung lain. Volume suara burung murai Civic dinilai sangat lantang.

“Burung murai Civic ini tiap hari mandi. Mandinya pukul 20.00 WIB,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya