SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg alias gas melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Warga Sragen mendapati elpiji 3 kg yang diduga jatah Solo dijual seharga Rp25.000/tabung.

Solopos.com, SRAGEN — Belasan tabung elpiji 3 kg yang diduga untuk jatah wilayah Solo beredar di wilayah Kabupaten Sragen beberapa waktu terakhir. Elpiji bersegel merah muda keunguan dengan tulisan timbul SPBE NWN di bagian atasnya itu dijual dengan harga Rp25.000 per tabung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tabung elpiji itu dijual pengecer di wilayah Karangmalang. Pengiriman tabung elpiji itu ke pengecer dilakukan malam hari.

Ekspedisi Mudik 2024

Seorang warga Karangmalang, Dewi, 28, saat ditemui Solopos.com, Jumat (8/9/2017), mengaku sempat bingung saat kehabisan elpiji untuk memasak. Ia mencari ke pengecer terdekat namun kosong.

Ia mencari ke dua pengecer lainnya juga kosong. Kemudian ia mencari ke pengecer di pinggir jalan raya. “Ternyata ada tiga tabung. Ibu-ibu penjual tabung elpiji itu bilang tadinya ada 15 tabung yang datang dari Solo. Elpiji itu dijual dengan harga Rp25.000/tabung. Padahal sesulit-sulitnya cari elpiji paling harganya Rp20.000-Rp22.000/tabung. Segel tabungnya memang warnanya berbeda dari segel biasanya. Segel biasa warnanya oranye tetapi itu warnanya seperti ungu atau pink begitu,” ujarnya.

Kabid Pengembangan dan Pembinaan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen, Boghy Yeano Wibowo, mengatakan segera menyelidiki indikasi masuknya elpiji dari luar daerah ke Sragen. Dia menjelaskan masuknya elpiji yang terindikasi dari Solo masuk ke Sragen itu melanggar rayonisasi.

“Kenapa warna segel tabung dibedakan itu untuk pengaturan alokasi per daerah. Masalah minyak dan gas itu ranahnya pusat bukan daerah. Ketika kami menemukan indikasi kecurangan, kami tidak bisa menindak tetapi hanya melaporkan ke pusat atau berkirim surat ke Pertamina. Padahal kalau ada masalah yang ditanya masyarakat pasti Pemkab dulu,” ujarnya.

Bogy menyampaikan Pertamina sudah menambah kuota elpiji setelah Iduladha lalu. Dia melihat pasokan ke daerah yang kurang itu hanya mengalihkan stok dari daerah yang berlebih ke daerah yang kurang.

Sementara itu, Marketing Branch Manager Pertamina Wilayah DIY dan Surakarta, Dody Prasetya, mengatakan masuknya elpiji bersubsidi lintas rayon itu memang tidak bisa dicegah karena jaraknya antardaerah di Soloraya relatif dekat.

Dia menyampaikan penjualan di pengecer itu mestinya dibatasi karena pangkalan hanya boleh menyuplai pengecer 50% agar penerima manfaat mendapat harga sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET).

“Kalau ada yang kosong benar, kami akan survei dengan teman-teman pemda. Kami menginginkan distribusi itu sesuai penyerapan, tidak ngawur asal gelontor. Indikasinya memang elpiji ini banyak dipakai orang-orang yang tidak berhak, termasuk dipakai untuk pertanian. Kami akan bahas masalah itu dan segera terjun ke lapangan,” tambahnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya