SOLOPOS.COM - Petugas salah satu agen elpiji menurunkan muatan untuk pengecer mereka di Sragen, Rabu (15/5/2013). Kelangkaan elpiji ukuran 3 kg saat ini antara lain diduga akibat banyak pengguna tabung ukuran 12 kg beralih ke ukuran 3 kg. (JIBI/SOLOPOS/Ika Yuniati)

Petugas salah satu agen elpiji menurunkan muatan untuk pengecer mereka di Sragen, Rabu (15/5/2013). Kelangkaan elpiji ukuran 3 kg saat ini antara lain diduga akibat banyak pengguna tabung ukuran 12 kg beralih ke ukuran 3 kg. (JIBI/SOLOPOS/Ika Yuniati)

Petugas salah satu agen elpiji menurunkan muatan untuk pengecer mereka di Sragen, Rabu (15/5/2013). Kelangkaan elpiji ukuran 3 kg saat ini antara lain diduga akibat banyak pengguna tabung ukuran 12 kg beralih ke ukuran 3 kg. (JIBI/SOLOPOS/Ika Yuniati)

SRAGEN – Dinas Perdagangan Sragen mengatakan minimnya peredaran elpiji ukuran tabung 3 kg di pasaran kemungkinan disebabkan migrasi penggunaan elpiji dari tabung 12 kg ke ukuran 3 kg. Pasalnya, saat dilakukan pemantauan, jumlah pasokan elpiji dari Stasiun Pengisian Bahan Elpiji (SPBE) tak dikurangi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan dan Perdagangan Dinas Perdagangan Kabupaten Sragen, Siti Suharmi, mengatakan ada dua kemungkinan penyebab minimnya jumlah elpiji di kalangan konsumen. Kemungkinan pertama ialah meningkatnya permintaan elpiji 3 kg. Salah satu penyebab peningkatan kebutuhan itu dimungkinkan karena adanya migrasi penggunaan elpiji dari 12 kg ke elpiji ukuran 3 kg yang notabene bersubsidi.

Siti menjelaskan saat melakukan pegawasan dan pantauan ke SPBE dan agen elpiji 3 kg, mereka tak menemukan pengurangan pasokan. Pasokan elpiji 3 kg di Sragen masih dalam kondisi aman. Berdasarkan data, jumlah pasokan elpiji 3 Kg di Sragen per harinya sebanyak 17.500, sedangkan jumlah kebutuhannya sebanyak 16.500 per hari. “Kalau berpatok pada data itu seharusnya malah sisa. Kemungkinan lainnya ada penjual nakal, tapi sejauh ini kami belum menemukan penjual nakal,” tegasnya kepada Solopos.com.

Sementara itu, mengenai jumlah migrasi penggunaan elpiji ini, Kepala Seksi (Kasi) Pembinaan dan Distribusi Disperindag Sragen, Joko suranto, mengatakan memang belum ada aturan sanksinya. Saat kali pertama menggelontorkan wacana konversi minyak tanah ke elpiji pada 2008 lalu, pemerintah hanya menuliskan penerima elpiji 3 kg yang bersubsidi ini ialah warga kurang mampu dengan penghasilan di bawah Rp1,5 juta per bulan. “Itu aturan 2008. Kalau sekarang mungkin keadaannya sudah berbeda,” tegasnya.

Salah satu agen elpiji 3 kg di Sragen, Rini, mengatakan pasokan elpiji 3 Kg selama ini tak mengalami kendala dan pengurangan jumlah. Setiap harinya mereka mengambil sekitar 2.000 elpiji 3 kg dari SPBE dan langsung didistribusikan ke sejumlah sub agen. Sementara, per bulannya pasokan elpiji 3 kg dari SPBE sebanyak 50.000 barang, dan itu tak berubah dari bulan ke bulan.

Senada, salah satu sub agen yang enggan disebutkan namanya mengatakan pasokan dari agen memang tak mengalami pengurangan. Namun jumlah permintaan elpiji 3 kg meningkat hampir dua kali lipat, sedangkan permintaan elpiji 12 kg mengalami penurunan sejak beberapa bulan lalu. Justru pengurangan pasokan terjadi di elpiji 12 kg. “Saya sudah lama tak lagi dikirimi elpiji 12 kg. Pembeli sepertinya memang memilih pindah ke elpiji 3 kg. Maklum, harganya juga enggak terlalu mahal karena sudah bersubsidi,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya