SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA—Iklan minuman isotonik atau sering disebut cairan elektrolit semakin gencar saat memasuki bulan Ramadan. Iklan ini memanfaatkan rasa lemas saat puasa. Memang saat seperti ini tubuh akan kekurangan atau kehilangan asupan cairan. Tubuh akan berpotensi mengalami dehidrasi.

Menurut ahli penyakit lambung dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam, elektrolit memang bisa berfungsi untuk menahan cairan agar tidak terjadi dehidrasi. Karena itulah, cairan dan elektrolit amat penting bagi tubuh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada kondisi normal, orang dewasa dengan kegiatan rutin akan mengeluarkan cairan berkisar 500-750 cc, melalui proses kencing (urine), buang air besar (feses), keringat, penguapan, dan saluran pernapasan. “Kalau pada suhu luar yang panas, jumlah yang dikeluarkan bisa menjadi dua kali lipat, apalagi kalau berolahraga, lebih banyak lagi,” ujarnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Nah, saat puasa, tubuh juga kehilangan cairan. Asupan dan waktu penggantian pun terbatas, yakni saat buka puasa dan sahur. Namun jumlah asupan cairan tidak cukup. Lalu apa perlu cairan elektrolit waktu sahur? Menurut dokter Ari, tidak perlu. “Anjuran minum larutan isotonik saat sahur setelah bangun tidur tidak tepat.”

Walaupun selama tidur di malam hari tubuh akan kehilangan cairan kurang lebih 350 cc dari penguapan kulit dan pernapasan, tubuh tak mengeluarkan elektrolit, khususnya unsur Na dan Cl. “Tidak banyak keringat yang keluar kecuali tidur di ruang sauna karena elektrolit akan keluar saat tubuh mengeluarkan urine, feses, dan keringat yang cukup banyak,” kata dia. Sebab, saat sahur, seseorang juga akan mengkonsumsi makanan yang mengandung Na dan Cl.

Larutan atau minuman isotonik atau elektrolit berisi air, gula, dan elektrolit. Elektrolit yang ada di dalamnya antara lain mengandung unsur natrium (Na), klorin (Cl), kalium (K), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca) yang terasa agak asam.

Menurut dokter Ari, larutan isotonik yang asam itu jika dikonsumsi tidak tepat akan menimbulkan masalah pencernaan. Apalagi, jika pasien mengidap hipertensi atau diabetes melitus, “Larutan elektrolit bisa mengganggu kondisi mereka dengan bertambahnya Na dan gula yang ada di dalamnya,” ucapnya.

Untuk menjaga tubuh tetap mendapatkan kecukupan kebutuhan cairan, Ari menganjurkan minum air putih 8-10 gelas per hari. Selain minum, anjuran lain adalah banyak makan buah-buahan. “Buah menjadi sumber cairan dan elektrolit serta mineral yang dibutuhkan tubuh,” ujarnya.

Cairan dalam tubuh berfungsi untuk alat transportasi nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme. Selain itu, untuk pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya. Cairan juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh agar tetap stabil dan sehat.

Sedangkan elektrolit akan memproses energi listrik di dalam tubuh agar sistem tubuh berjalan lancar, serta membuat sehat dan menciptakan vitalitas. Sekaligus juga menjaga keseimbangan cairan dan menjaga keasaman tubuh yang normal.

Dokter olahraga Phaidon L. Toruan sepakat dengan dokter Ari bahwa elektrolit sintetis seperti minuman isotonik atau sport drink lebih banyak mengandung unsur natrium ketimbang kaliumnya. Rasanya juga akan menjadi asin, yang berpotensi menaikkan tekanan darah. Apalagi elektrolit sintetis ini juga mempunyai tambahan gula. “Elektrolit sintetis ini pilihan yang kurang baik untuk sahur,” ujarnya.

Dia menganjurkan memperbanyak asupan unsur elektrolit yang berasal dari materi alam dan tidak diberi gula, seperti air kelapa, air jeruk segar, semangka, pepaya, dan pisang. “Elektrolit alami ini bersifat basa dan lebih banyak mengandung unsur kalium. Fungsinya membuat tubuh sehat dan optimal,” kata Phaidon.(Tempointeraktif)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya