SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Bappenas.go.id)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Bappenas.go.id)

SURABAYA—Meskipun Amerika Serikat merupakan negara ekonomi terbesar dunia, hal itu tak banyak dimanfaatkan oleh pengusaha Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar ekspor di Negeri Adidaya tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengusaha sekaligus pemilik Majalah KabariNews, John Oei, melihat masih rendahnya ekspor pengusaha Indonesia ke AS disebabkan oleh banyak hal, antara lain terlalu banyak peraturan pemerintah AS, terlalu banyak formulir untuk diisi, jarak terlalu jauh, dan tidak paham market di AS.

“Selain itu, risiko terlalu besar jika barang yang diekspor ditolak oleh Custom AS. Di sisi lain, lebih mudah menjual barang di Indonesia dan negara tetangga dari pada ekspor ke AS,” katanya dalam seminar bertajuk Potensi Pasar Pantai Barat AS Bagi Produk Ekspor Indonesia, Sabtu (20/10/2012).

Sebagai orang yang sudah puluhan tahun tinggal di AS, John mengatakan AS dipilih sebagai negara tujuan ekspor karena AS saat ini tercatat sebagai importir terbesar.

“Meski sedang krisis, AS masih merupakan ekonomi terbesar dunia. AS punya income per kapita terbesar. Ini artinya, potensial market consumer AS boleh dibilang semuanya memiliki buying power yang cukup tinggi,” jelasnya.

Dia melanjutkan agar bisa bersaing dengan produk-produk ekspor dari negara lain, pengusaha Indonesia harus inovatif dengan memroduksi bahan baku menjadi produk jadi.

“Indonesia selama ini suka menjual bahan mentah, bagaimana kalau raw material bisa jadi produk. Misalnya, di AS sekarang sangat populer dengan coconut jus yang diproduksi oleh Thailand, padahal buah kelapanya itu dari mana? Indonesia,” ujarnya.

Dalam rangka mengembangkan produk agar memiliki nilai tambah, sambung John, pengusaha Indonesia bisa menjalin kerjasama dengan perusahaan AS dalam hal riset dan teknologi.

“Riset terbesar adalah di AS. Di sana riset banyak disupport oleh pemerintah AS dan korporasi, lembaga nonprofit, serta universitas,” terangnya.

Sugi Suherman, Licensed Custom Broker Agiloc International Inc, mengatakan antara Indonesia dan AS itu sebenarnya seperti puzle yang tidak pernah dihubungkan.

“Sebenanrnya kalau dihubungkan, Indonesia punya semua yang dibutuhkan oleh AS,” ujarnya.

Saat ini, sambungnya, produk-produk konsumer di AS banyak diekspor dari Thailand, China, dan Philipina sementara produk ekspor Indonesia masih sangat minim yang kebanyakan hanya dijajakan di toko-toko milik orang Asia.

“Indonesia punya resources banyak. Di AS produk-produk ekspor yang kami handle itu sekitar 90% adalah makanan yang banyak diambil dari negara tetangga yang sebenarnya barang itu diambil dari Indonesia,” jelasnya.

Menurutnya, jika Indonesia tidak mulai agresif dalam penetrasi pasar ekspor ke AS, peluang ekspor Indonesia tersebut akan diambil oleh negara tetangga seiring implementasi integrasi ekonomi Asia pada 2015.

“Pasar furniter dan kopi di AS saat ini dikuasai oleh Vietnam. Padahal sebenarnya di Indonesia banyak,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya