SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas ekspor melalui pelabuhan (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)

Ekspor Jatim tetap lemah sebagaimana ekspor nasional di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.

Madiunpos.com, SURABAYA — Sejalan dengan tren penyusutan ekspor pada level nasional, Provinsi Jawa Timur tak kunjung mampu mengatrol nilai penjualan barang ke luar negeri pada Mei 2015 yang melemah 5,31% dari bulan sebelumnya menjadi US$1,50 miliar.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Secara tahun kalender, ekspor Jatim juga merosot 2,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total ekspor sepanjang Januari-Mei hanya mencapai US$7,87 miliar, turun dari pembukuan US$8,11 miliar tahun lalu.

Bulan Mei lalu, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, ekspor provinsi beribukota Surabaya itu masih disangga oleh lini perhiasan/permata, sebagaimana bulan-bulan sebelumnya. Nilainya mencapai US$346,48 juta.

“Komoditas perhiasan/permata yang paling banyak diekspor pada Mei adalah perhiasan dari logam mulia, yang nilainya mencapai US$256,12 juta. Bagaimanapun, angka itu turun 5,73% dari bulan sebelumnya,” jelas Kepala BPS Jatim Sairi Hasbullah, Senin (15/6/2015).

Penopang ekspor Jatim lainnya adalah produk ikan dan udang US$92,75 juta, kayu dan barang dari kayu US$85,58 juta, lemak dan minyak hewan/nabati US$85,54 juta, dan kertas atau karton US$82,46 juta.

Udang Vanamei
Sairi menjabarkan jenis hasil laut yang membukukan penjualan terbesar pada Mei adalah udang vanamei beku senilai US$30,13 juta, turun 10,86% dari April. Sementara itu, kayu yang paling banyak diekspor adalah bukan jenis konifer senilai US$31,28 juta, turun 5,84%.

Secara total, ekspor nonmigas Jatim pada Mei 2015 menyentuh US$1,45 miliar, anjlok 5,77% dari bulan sebelumnya. Secara kumulatif, ekspor nonmigas provinsi itu pada 2015 mencapai US$7,67 miliar, turun 0,55% dibandingkan lima bulan pertama tahun lalu.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas Jatim pada Mei paling banyak menyasar Jepang (US$242,16 juta), Amerika Serikat (US$154,78 juta), dan China (US$124,55 juta).  Di Asean, produk Jatim paling banyak dijual ke Malaysia (US$91,27 juta).

Industri Pengolahan
Asisten II Setdaprov Jatim Bidang Ekonomi dan Pembangunan Hadi Prasetyo berpendapat untuk memperbaiki kinerja perdagangan provinsinya, pemerintah provinsi mengupayakan pembangunan nilai tambah pada sektor industri pengolahan.

Dia berpendapat bersaing dengan produk nonmigas negara lain di pasar internasional membutuhkan efisiensi dari sisi produksi. Oleh karena itu, sumber daya manusia di Jatim harus dibekali dengan kemampuan untuk mengoperasikan teknologi.

“Bayangkan, kalau industri di [Jatim] sudah bisa memakai teknologi micro-cutting terkini, misalnya, batu-batu permata yang kita ekspor akan lebih halus. Ini akan menambah nilai jual. Selain itu, penggunaan mesin pada produksi akan mengurangi biaya,” jelasnya.

Industri Padat Modal
Di sisi lain, Ketua Gabuangan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) DPP Jatim Isdarmawan Asrikan memprediksi kinerja ekspor nonmigas tahun ini akan makin bertumpu pada industri padat modal, ketimbang madat karya.

Salah satu penyebabnya, imbuhnya, adalah makin banyaknya industri padat karya yang hengkang dari Ring 1 Jatim, menyusul gonjang-ganjing penetapan upah minimum kabupaten/kota beberapa waktu lalu.

Dia memperkirakan untuk dapat tumbuh, pada 2015 ekspor nonmigas Jatim akan makin bergantung pada industri padat modal yang mengandalkan produksi berbasis mesin.

“Saya rasa, sektor-sektor seperti perhiasan, perikanan, bahan kimia organik masih cukup bagus, dan [ekspornya] bisa naik tahun ini. Program penghiliran dari pemerintah, juga mudah-mudahan bisa meningkatkan ekspor tembaga dari Jawa Timur,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya