SOLOPOS.COM - Pelatihan pengusaha mebel, Jumat (14/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Pelatihan pengusaha mebel, Jumat (14/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

JOGJA—Guna membekali pelaku usaha mebel dalam menghadapi ketatnya perizinan ekspor barang dari pasar Eropa,  Asosiasi Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) membuka pelatihan fasilitator sertifikasi kelegalan kayu, Jumat (14/12/2012).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kegiatan berupa pelatihan  Fasilitator Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Asmindo Certification Care (ACC). Adapun aturan SVLK merupakan masalah baru yang harus dihadapi para pelaku usaha mebel dan kerajinan di Indonesia. Ketua Asmindo DIY Yuli Sugiyanto mengatakan penerapan SVLK dapat disikapi menjadi dua hal, yakni sebagai tantangan dan juga ancaman.

“SVLK menjadi tantangan karena akan memberi iklim kompetisi bagi para pengusahanya. Sementara ancaman yang dihadapi adalah dari sektor UKM dan UMKM di mana mayoritas pelaku usaha mebel Indonesia masih didominasi dari sektor ini,” ujar Yuli dalam acara yang digelar di Hotel Bintang Fajar jalan Perintis Kemerdekaan.

Tidak bisa dipungkiri sektor usaha mikro, kecil dan menengah akan menghadapi dampak dari diberlakukannya sertifikasi tersebut. Yuli mengatakan di sektor usaha mikro bila tidak ada kemudahan dalam memproses sertifikasi legal kayu tersebut akan semakin mengancam sektor usaha ini.

“Proses untuk mendapatkan sertifikasi tersebut merupakan perkara rumit dan juga mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, akan sangat menghambat dan membebani UKM,” tandas Yuli dalam pelatihan yang diikuti oleh 30 peserta dari Asmindo Jawa dan Bali.

Pelatihan yang dilakukan Asmindo dalam menyaring fasilitator dan aksestor SVLK ini akan menjadi pesaing pelaku-pelaku usaha lain di Asia Tenggara, khususnya ASEAN. Hal ini disampaikan DPP Bidang Pemasaran Asmindo Andre Sundrio.

“Gerakan ACC ini akan melahirkan iklim persaingan di Asean untuk menembus pasar Uni Eropa. Karena masing-masing negara juga ingin menerapkan SVLK. Tapi Indonesia dianggap paling siap untuk menerapkan sertifikasi ini,” ujarnya.

Andre mengatakan bila Indonesia tidak siap untuk menghadapi ketatnya perizinan Uni Eropa, negara lain di Asean dan China siap menjadi kompetitor kuat. Untuk itu, meski pihak Eropa bersedia untuk mengundurkan program sertifikasi tersebut sampai tahun 2014, Indonesia harus bersiap sejak saat ini.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi (Desperindagkop) DIY Riyadi Ida Bagus Subali. Pihaknya mengatakan meskipun pasar Amerika dan Eropa masih tertahan oleh krisis ekonomi, Indonesia tetap harus bersiap dengan kondisi ini.

“Perekonomian Amerika dan Eropa memang sedang tidak stabil, bahkan hingga tahun depan pun kondisi ini masih akan terjadi. Tapi Indonesia melalui sertifikasi SVLK ini harus siap, bila tidak negara lain, seperti China akan menembus Eropa lebih dulu,” imbuh Riyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya