SOLOPOS.COM - Tim dari BPCB, FIB UGM serta warga melakukan penggalian di lokasi ekskavasi di lahan RT 03 RW 24 Karangbajang, Tlogoadi, Mlati, Sleman, pekan lalu. Ekskavasi akan dihentikan Rabu (19/8) hari ini karena tidak ditemukan benda cagar budaya. (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Ekskavasi cagar budaya di Sleman akhirnya dihentikan.

Harianjogja.com, SLEMAN – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BCPB) DIY bakal menutup lubang galian karena tidak ditemukan benda cagar budaya yang layak diselamatkan dalam ekskavasi di lahan RT 03 RW 24 Karangbajang, Tlogoadi, Mlati, Sleman. Operasi penggalian telah memasuki hari ke tujuh pada Rabu (19/8/;2015), tapi tak membuahkan hasil signifikan sehingga ekskavasi harus dihentikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Turut dalam ekskavasi tersebut antara lain, delapan mahasiswa dan seorang dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Dwi Pradnyawan, serta sembilan orang dari tim BPCB DIY dimulai pada Senin (10/8/2015) lalu. Tim yang dibantu warga lokal itu membuat galian berbentuk persegi berukuran 2 x 2 meter. Penggalian berhenti di tiap kedalaman 20 sentimeter untuk dilakukan analisis.

Ekspedisi Mudik 2024

Ketua Kelompok Kerja Perlindungan BPCB DIY Muhammad Taufik menjelaskan, hingga hari keenam ekskavasi di lahan milik Joko tersebut belum ditemukan benda cagar budaya yang layak untuk diselamatkan. Ekskavasi masih akan dilanjutkan Rabu (19/8/2015) hari ini sebagai hari terakhir. Selanjutnya seluruh titik lubang galian akan langsung ditutup. “Reruntuhan batu candi yang ditemukan juga akan ditimbun,” ungkap Taufik, Selasa (18/8/2015).

Dalam ekskavasi selama enam hari, pihaknya telah menggali total 23 lubang masing-masing berukuran 2 x 2 meter. Penggalian itu dilakukan di lahan milik Joko yang diperkirakan berukuran 36 x 36 meter. Hanya berjarak sekitar lima meter dari rumah warga serta melintasi jalan cor blok perkampungan. “Tapi dari luas 36 x 36 meter itu tidak semuanya digali, hanya beberapa titik duga saja, sampai ada 23 lubang,” lanjutnya.

Ia menjelaskan, meski tidak ditemukan cagar budaya, tetapi langkah BPCB sudah sesuai prosedur. Karena informasi keberadaan candi di antara pemukiman itu sebelumnya merupakan laporan dari warga. Bahkan di salah satu titik galian bagian permukaan telah ditemukan sebuah batu ukiran yang merupakan sisi pojok bangunan candi. Timnya juga telah menggali di bawah temuan permukaan itu, namun belum membuahkan hasil yang signifikan.

“Tugas kami melakukan penyelamatan. Jika ada laporan dari warga tentu kami tindaklanjuti dengan ekskavasi dengan berbagai pertimbangan,” ungkapnya.

Kasi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB DIY Wahyu Astuti menyatakan, pertimbangan melakukan ekskavasi di pemukiman warga itu karena ditemukan banyak bebatuan candi. Bahkan kurun waktu 1980-an beberapa meter dari lokasi ekskavasi juga ditemukan arca nandi yang sudah diselamatkan BPCB. “Kami menduga ada keterkaitan dengan temuan batu candi yang di tengah sawah. Tapi semua itu bisa ada [candi] bisa juga tidak ada,” kata dia.

Taufik menambahkan, pihaknya juga merencanakan ekskavasi batuan ambang pintu candi di lahan milik warga yang berjarak sekitar satu kilometer dari titik ekskavasi saat ini. Ambang pintu candi itu ditemukan petani pada Juni 2015 lalu. Meski demikian, rencana ekskavasi di tengah sawah itu ditolak oleh pemilik lahan. “Di Karangbajang itu ada dua, di pemukiman warga yang sudah kami ekskavasi [tapi tidak ditemukan]. Kalau yang di tengah sawah itu juga direncanakan, tapi belum disetujui sama pemilik lahan,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya