Solopos.com, SRAGEN -- Taman Kanak-kanak (TK) Teladan PPI Sragen yang terletak di Jl. Aipda K.S. Tubun No. 53, Kuwungsari, Sragen Kulon, Sragen, merupakan TK pertama yang berdiri di Bumi Sukowati.
Berdiri pada 10 November 1949, keberadaan TK pertama di Sragen itu tak lepas dari peran tiga tokoh perempuan bersaudara yakni Hundari, Indrasti, dan Supini.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Hal itu terungkap berdasarkan penuturan Ketua Pemuda Putri Indonesia (PPI) Kabupaten Sragen, Hartiyah, 85, serta Titik Siti Sundari, 78, warga Mojomulyo yang juga alumnus TK PPI Sragen, saat bernostalgia di TK tersebut, Senin (17/5/2021).
Baca juga: Alun-Alun Desa Blangu Sragen Jadi Tempat Ekonomi Rakyat Bergerak
“Saat sekolah nol berdiri saya sudah sekolah kelas VI SD. Saat itu banyak orang yang mengungsi karena ada serangan tentara Belanda. Hanya lima keluarga yang bertahan dan sembunyi, salah satunya keluarga saya. Saat itu tentara Belanda itu bermarkas di Pabrik Gula Mojo. Tentara-tentara itu tidak tahu kalau ada orang karena melihat banyak bangunan rusak sehingga tidak tahu kalau kami bersembunyi,” kisah Hartiyah.
Hartiyah menjelaskan ada tiga tokoh perempuan bersaudara, yakni Hundari, Indrasti, dan Supini membantu para tentara rakyat dengan mengirim makanan.
Dia menguraikan para tokoh perempuan itu mendirikan semacam dapur umum untuk menyuplai makanan. Setelah situasi aman pascakemerdekaan, kata dia, tiga perempuan itu mengundang anak-anak untuk diajari.
Baca juga: Kendicool dan Kacamata Tuna Netra Karya Anak SMP Juarai Krenova Sragen 2021
“Dulu tempatnya agar ke timur hingga kemudian pindah menempati gedung ini. Awalnya hanya sedikit dan lama-lama banyak anak yang ikut berlajar. Kemudian didirikan TK pada 1949 itu,” ujar Hartiyah yang tinggal di Kuwungsari RT 004/RW 020, Sragen Kulon, Sragen.
Pada 71 tahun silam, TK yang disebut dengan istilah vrobelschool atau kleuterschool menempati sebuah bangunan berbentuk limasan dengan gaya indis. Bangunan dengan pintu dan jendela yang tinggi itu saat ini tertutup rapat karena sudah tak digunakan lagi.
Sekarang, aktivitas belajar-mengajar di TK Teladan PPI Sragen berada di bangunan belakang rumah itu. TK itu memiliki 80 siswa.
Siswa Datang Tidak Pasti
Sekolah itu kini cukup maju. Ada enam guru plus satu kepala sekolah, tiga di antaranya berstatus pegawai negeri sipil (PNS).
Hartiyah mengaku masih ingat bangunan dan lahan yang digunakan untuk TK itu milik Ibu Hundari. Pengelolaan sekolah awalnya, ujar dia, diserahkan kepada Ibu Indrasti dan Ibu Supini. Ketiga tokoh itu sudah meninggal dunia.
Menurut dia, organisasi PPI berdiri sebulan setelah berdiri TK itu, yakni Desember 1949.
Alumnus pertama TK Teladan PPI Sragen, Titik Siti Sundari, menyampaikan dulu sebutannya bukan TK tetapi vrobel atau vrobelschool. Pembelajarannya, ujar dia, belum secara formal karena siswa yang datang tidak pasti.
Baca juga: Skenario Pendidikan Masuk per Juli di Sragen
“Kadang hari ini 10 orang, besok tinggal lima orang, dan seterusnya. Ya, semacam sekolah sosial. Pelajarannya untuk menanamkan cinta tanah air dan menumbuhkan nasionalisme serta kasih sayang kepada keluarga. Vrobel itu yang menjadi embrio adanya TK,” ujarnya.
Dia masih ingat lagu berjudul Burung Kakak Tua. Pada bait terakhir, sebut dia, bukan Nenek sudah tua, giginya tinggal dua tetapi Nenek sudah tua, diturut nasihatnya. Lagu-lagu yang dinyanyikan berbeda tetapi sayang Titik sudah banyak yang lupa.
Apa yang dikisahkan dua nenek itu dicatat dan diperhatian para pegawai dari Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus) Kabupaten Sragen. Mereka meminta buku yang berisi peringatan Ulang Tahun ke-50 PPI Sragen untuk arsip.