SOLOPOS.COM - Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo dan Kapolda Metro Jaya saling berpelukan di Mabes Polri, Kamis (14/7/2022) (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Pelukan antara Kapolda Metro Jaya Fadil Imran dan eks Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo yang videonya beredar luas menuai tanggapan dari banyak kalangan.

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksamana Muda (Purn) Soleman B. Ponto turut mengomentari video yang memperlihatkan Ferdy Sambo menangis sesenggukan di pundak Fadil Imran tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Soleman, pelukan dua jenderal itu mengisyaratkan Kapolda Metro Jaya sudah tahu kejadian sebenarnya terkait tewasnya Brigadir J secara tragis tersebut.

“Kalau itu tidak ada apa-apa, normal-normal saja, itu ketika datang ‘Hai Bang selamat pagi, silakan duduk, teh atau kopi?’ Ini kan lain sekali, begitu ketemu peluk-pelukan, kening dicium. Jadi minimal Pak Fadil sudah tahu sehingga ada rasa iba ‘kenapa teman saya kok begitu’. Ia membesarkan hatinya, ‘tabahlah’, kira-kira begitu. Ini namanya telepati ya, body language-lah,” ujar purnawirawan intelijen di TNI AL kelahiran 6 November 1955 itu, seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube Pusat Kajian Analisa Data, Selasa (19/7/2022).

Baca Juga: Jadi Pengganti Ferdy Sambo di Propam, Tugas Wakapolri Kian Berat

Menurut Soleman, jika Polri serius mengungkap kasus itu bukan pekerjaan yang sulit. Apalagi, pistol yang membuat Brigadir J tewas sudah di tangan polisi sehingga pengungkapan kasus itu akan lebih mudah.

Bahkan, mantan jenderal yang lama malang melintang di dunia intelijen itu menyebut, pengungkapan kasus pembunuhan menggunakan pisau lebih sulit dibandingkan menggunakan senjata api.

Baca Juga: Kapolri Copot Irjen Pol Ferdy Sambo Agar Masyarakat Percaya Polri

“Kalau senjata api itu ada nomornya, ada izinnya. Jadi jelas siapa spesifikasinya, siapa pemiliknya dan sebagainya. Kalau pisau tidak ada nomor makanya mengungkap pembunuhan menggunakan pisau lebih sulit dibandingkan pembunuhan dengan pistol. Masalahnya sekarang tinggal polisi serius gak mengungkap kasus ini. Tinggal cek saja di gudang senjata, senpi Glock 17 itu milik siapa, digunakan siapa, tanggal berapa dan sebagainya,” tandasnya.

Pendapat senada disampaikan praktisi hukum asal Kota Solo, Muhammad Taufiq.

Taufiq menyoroti ada dua kejanggalan besar yang terlihat dalam kasus terbunuhnya Brigadir Nopriansyah Yosua (Brigadir J).

Kejanggalan pertama adalah pelukan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran dan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo pada 13 Juli 2022 lalu.

Baca Juga: Tak Hanya Kadiv Propam, 2 Petinggi Polri Ini Juga Dituntut Dicopot

Menurutnya, pelukan Kapolda Metro Jaya kepada Ferdy Sambo menimbulkan pertanyaan besar.

“Saya sayangkan pelukan seperti itu? Apa maksudnya? Harusnya pelukan untuk ayah Brigadir J yang kehilangan anaknya,” ujar doktor ilmu hukum itu.

Baca Juga: 3 Jenderal Pengusut Ferdy Sambo Ternyata Senior Kapolri

Pelukan dua petinggi Polri itu menimbulkan pertanyaan besar tentang independensi polisi mengusut kasus menggegerkan tersebut.

Pelukan itu seperti mengisyaratkan kasus itu tidak akan terungkap secara tuntas.

“Sudah jelas pemeriksaan pertama kali oleh Polres Jakarta Selatan yang di bawah Polda Metro Jaya. Pengusutan tidak akan menemukan titik terang,” ujarnya.

Ia mengingatkan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo untuk tidak mengorbankan institusi Polri demi melindungi pelaku pembunuhan terhadap Brigadir J.

Ia mendukung Kapolri yang menonaktifkan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo agar pengusutan kasus tersebut lebih mudah.

Namun, kata dia, pencopotan Ferdy Sambo harus diikuti dengan transparansi pengusutan kasus tersebut.

Anggota Polri yang bersalah harus dihukum berat sesuai tingkat kesalahannya.

Baca Juga: Banyak Luka Alasan Keluarga Yakin Brigadir J Disiksa



“Lebih baik korbannya lima atau lebih yang bersalah itu daripada mengorbankan institusi Polri. Memang ada petinggi Polri yang main-main politik tapi itu tidak tepat. Mereka yang bersalah harus dihukum,” ujar Muhammad Taufiq dalam videonya yang dikirim ke Solopos.com, Selasa (19/7/2022).

Pelukan Kapolda

Beberapa hari lalu beredar video berdurasi 24 detik yang memperlihatkan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo menangis di pelukan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.

Momen mengharukan itu terjadi ketika Fadil Imran menyambangi Irjen Ferdy Sambo di Mabes Polri pada Rabu (13/7/2022).

Sambil memeluk erat, tangan Irjen Fadil tampak mengelus punggung Irjen Ferdy Sambo.

Baca Juga: Tak Hanya Kadiv Propam, 2 Petinggi Polri Ini Juga Dituntut Dicopot

Irjen Fadil juga tampak mencium kening Irjen Ferdy Sambo.

Kapolda Metro Irjen Fadil Imran mengatakan pelukan itu bentuk dukungan dirinya terhadap Ferdy Sambo atas kasus baku tembak sesama polisi yang menyebabkan Brigadir J tewas di lokasi kejadian.

Tempat kejadian perkara polisi tembak polisi itu di dinas rumah Ferdy Sambo.

Baca Juga: Brigadir Josua Dampingi Keluarga Kadiv Propam di Magelang Sejak 2 Juli

Kejanggalan kedua adalah pemakaian senjata api Glock 17 oleh Bharada E yang menewaskan Brigadir J dalam baku tembak keduanya.

Menurut Taufiq, Glock 17 adalah senjata modern berharga mahal yang hanya dipakai oleh perwira, baik Polri maupun TNI.

“Saya ingatkan ada Peraturan Kapolri soal penggunaan senpi. Tidak mungkin seorang bharada punya Glock 17. Glock buatan Austria itu yang memakai itu tingkatnya perwira. Lima tahun lalu saja yang memakai kapten/AKP, kalau sekarang mungkin kompol atau mayor. Harganya di atas Rp100 juta, jadi tidak mungkin dipakai bharada, siapapun bharadanya,” katanya.

Baca Juga: Ini Tiga Jenderal Polri yang Bantu Wakapolri Usut Ferdy Sambo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya